Hari Uposatha yang Langka Saat Gerhana Supermoon Darah Biru
Bhagavant.com,
Jakarta, Indonesia – Hari Uposatha pada Rabu (31/1/2018) menjadi unik karena adanya fenomena langka berupa Gerhana Supermoon Darah Biru atau Bulan Darah Biru Super.
Setiap Bulan purnama, umat Buddhis melakukan perenungan dan pengamalan sila (kemoralan). Hari itu dikenal sebagai hari Uposatha (memurnikan diri atau puasa), salah satu dari 4 hari Uposatha tiap bulannya sepanjang tahun. Praktik ini telah dilaksanakan oleh umat Buddhis sejak dianjurkan sendiri oleh Sri Buddha.
Hari Uposatha akhir Januari 2018 menjadi unik karena disertai dengan 3 fenomena langit yang langka – langka karena fenomena tersebut terjadi bersamaan. Fenomena tersebut yaitu Bulan super (Supermoon), Bulan Darah Biru (Blue Blood Moon), dan gerhana Bulan. Fenomena ini disebut juga sebagai Super Blue Blood Moon atau Supermoon Darah Biru (Bulan Darah Biru Super).
Bulan super (Supermoon) ialah penampakan Bulan purnama yang lebih besar dari biasanya karena posisi Bulan yang berada pada titik terdekat dengan Bumi. Meskipun fenomena ini cukup sering terjadi, yaitu 3 sampai 4 kali dalam satu tahun, namun menjadi unik karena bersamaan dengan 2 fenomena lainnya.
[Baca juga: Supermoon dan Legenda Buddhis Gambar Kelinci di Bulan]
Bulan Biru (Blue Moon) merupakan istilah untuk purnama tambahan yang muncul dalam satu bulan. Fenomena ini muncul sekitar 7 kali setiap 19 tahun. Setelah Januari 2018, Bulan biru akan terjadi lagi pada 31 Maret mendatang, dengan purnama pertama berlangsung pada 2 Maret saat perayaan Hari Magha Puja 2561 EB.
Kedua fenomena tersebut menjadi semakin langka karena diiringi dengan fenomena gerhana Bulan total. Dengan kata lain Bulan Darah Biru tersebut akan tertutup bayangan Bumi untuk beberapa saat. Fenomena gerhana ini terjadi karena posisi Bumi yang melintas di antara Bulan dan Matahari. Akibat lintasan Bumi ini pula yang menyebabkan sinar Matahari terbengkokkan dan menerpa Bulan sehingga berwarna kemerahan. Inilah mengapa muncul istilah “darah” (blood) atau kemerahan.
Munculnya ketiga fenomena tersebut secara bersamaan sangat jarang terjadi. Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) peristiwa terakhir terjadi pada 31 Maret 1866 atau 152 tahun yang lalu.
Berikut tahapan gerhana Supermoon Darah Biru
Awal gerhana parsial terjadi pada 18.48 WIB.
Awal gerhana total terjadi pada 19.52 WIB.
Puncak gerhana terjadi pada 20.30 WIB.
Akhir totalitas terjadi pada 21.08 WIB.
Akhir gerhana terjadi pada parsial 22.11 WIB.
Anda dapat mengamati fenomena langka tersebut dengan mata telanjang jika cuaca tidak berawan dan mendung. Satu-satunya cara melihat fenomena tersebut saat cuaca mendung adalah dengan mengunjungi planetarium dengan teropong bintangnya, yang ada di dekat kediaman Anda.
Terkait adanya gerhana Supermoon Darah Biru ini, umat Buddhis tidak melakukan ritual-ritual atau puja bakti khusus untuk menyambutnya. Umat Buddhis hanya menjalankan pelaksanaan 8 sila (atthasila) yang memang kerap dijalankan seperti pada hari-hari Uposatha umumnya.[Bhagavant, 30/1/18, Sum]
Kategori: Indonesia,Sains
Kata kunci: astronomi
Penulis: