Uniknya Stupa Kaunghmudaw di Sagaing, Myanmar

Bhagavant.com,
Mandalay, Myanmar – Jumlah kunjungan turis asing ke Wilayah Sagaing, Myanmar, termasuk ke Stupa Kaunghmudaw mengalami peningkatan pada November ini.

Stupa Kaunghmudaw, Sagaing, Myanmar.
Stupa Kaunghmudaw, Sagaing, Myanmar.

Lebih dari 500 turis asing setiap hari telah mengunjungi tempat-tempat penting di Sagaing, termasuk Bukit Sagaing, Universitas Buddhis Sitagu dan Stupa Kaunghmudaw.

Stupa Kaunghmudaw menjadi salah satu tujuan para wisatawan karena keunikan bentuknya yang berbeda dari stupa-stupa yang ada di Myanmar.

Terletak di pinggir barat laut Kota Sagaing, Stupa Kaunghmudaw atau nama resminya Stupa Yaza Mani Sula (Pali: Rājamaṇicūḷā) memiliki bentuk arsitektur seperti stupa-stupa kuno India dan Sri Lanka.

Bentuk bangunannya yang berbentuk kubah bundar berbeda dengan stupa umumnya di Myanmar yang berbentuk genta atau lonceng menara piramida.

Bagian bawah Stupa Kaunghmudaw, Sagaing, Myanmar.
Bagian bawah Stupa Kaunghmudaw, Sagaing, Myanmar.

Stupa ini dibangun oleh Raja Thalun dan putranya Ngadakadayaka, pada 25 April 1636. Ruang relikui pada stupa dibangun pada 23 Juli 1636. Stupa selesai dibangun 12 tahun kemudian pada 12 Mei 1648, menjelang akhir pemerintahan Raja Thalun.

Dengan tinggi 45 meter dan keliling 274 meter, stupa tersebut memiliki payung (catra) pada puncaknya setinggi 7,92 meter dan berat 3,5 kilogram.

Menurut pengetahuan lokal, dalam stupa itu terdapat ruang relikui yang berisi relikui gigi kiri bawah Sri Buddha, 11 helai relikui rambut, mangkuk dana, dan relikui lainnya.

Teras terendah stupa dihiasi dengan 120 dewa dan dikelilingi oleh 802 lentera batu, berukirkan prasasti kehidupan Buddha dalam tiga bahasa: Myanmar, Mon, dan Shan Yuan, mewakili tiga wilayah utama Kerajaan Toungoo Yang Direstorasi.

Bagian bawah Stupa Kaunghmudaw, Sagaing, Myanmar.
Bagian bawah Stupa Kaunghmudaw, Sagaing, Myanmar.

Sebelum 2011, seperti tradisi di Sri Lanka, stupa tersebut dicat berwarna putih melambangkan kesucian. Namun kemudian pemerintah rezim militer mengganti warnanya menjadi emas dengan diiringi kritikan sejumlah warga setempat.

Seperti saat memasuki tempat-tempat suci Buddhis lainnya di Myanmar, para pengunjung harus melepaskan alas kaki saat memasuki area stupa.

Salah seorang turis asing yang pernah mengunjungi stupa tersebut menyarankan agar pengunjung mengingat benar di mana menaruh alas kakinya karena area stupa yang luas.

Lorong penuh mozaik kaca di salah satu bangunan samping Stupa Kaunghmudaw.
Lorong penuh mozaik kaca di salah satu bangunan samping Stupa Kaunghmudaw.

“Jadi ingatkan di mana Anda meninggalkan sepatu Anda atau membawanya dengan katong plastik atau memasukkannya ke dalam tas Anda,” kata salah satu turis dalam komentarnya di sebuah situs perjalanan.

Bentuk stupa yang bundar melingkar membuat semua pemandangan hampir sama sehingga sangat mudah membuat seseorang menjadi bingung untuk menemukan lokasi sepatu setelah berkeliling seluruh dasar stupa.

Dalam bangunan samping stupa pengunjung dapat menyaksikan kelap-kelipnya deretan mozaik kaca yang menempel menghiasi bagunan tersebut.[Bhagavant, 29/11/17, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Birma,Travel
Kata kunci:
Penulis: