Arkeolog Temukan yang Diduga Relikui Sri Buddha di Jingchuan

Bhagavant.com,
Gansu, Tiongkok – Para arkeolog Tiongkok baru-baru ini mengungkapkan temuan baru mereka yang diduga merupakan śarīra atau relikui Sri Buddha di Wilayah Jingchuan, Provinsi Gansu, Tiongkok.

Kotak peti yang diduga berisi relikui Sri Buddha. Foto: Live Science - Chinese Cultural Relics
Kotak peti yang diduga berisi relikui Sri Buddha. Foto: Live Science – Chinese Cultural Relics

Relikui tersebut ditemukan dalam sebuah kotak bersama dengan 250 rupaka Buddhis. Di dekat kotak tersebut terdapat inskripsi bertuliskan: “Bhiksu Yunjian dan Zhiming dari tradisi Lotus (Fǎ huá/Tiāntái) yang berasal dari Vihara Manjusri dari Vihara Longxing di Prefektur Jingzhou mengumpulkan lebih dari 2.000 śarīra, dan juga gigi dan tulang Sri Buddha, dan menguburkannya di Aula Manjusri di vihara ini. – tertanggal 22 Juni 1013.”

Di tempat rupaka-rupaka dan yang diduga relikui Sri Buddha dikuburkan, para arkeolog juga menemukan sisa-sisa struktur yang bisa berasal dari Aula Manjusri.

Seperti yang dilansir Live Science, Selasa (14/11/2017), menurut inskripsi tersebut, Bhiksu Yunjiang dan Zhiming mengumpulkan sisa-sisa kremasi Sri Buddha selama lebih dari 20 tahun.

“Untuk menyebarkan Agama Buddha, mereka ingin mengumpulkan śarīra. Untuk mencapai tujuan ini, keduanya mempraktikkan ajaran Buddhisme setiap saat dalam kehidupan mereka selama lebih dari 20 tahun,” kata inskripsi tersebut.

“Kadang-kadang mereka menerima śarīra dari sumbangan orang lain; Terkadang mereka menemukannya secara kebetulan; Kadang mereka membelinya dari tempat lain; dan kadang-kadang orang lain memberi mereka śarīra untuk menunjukkan kesungguhan tekad mereka,” tulis inskripsi tersebut.

Namun, inskripsi tersebut tidak menyebutkan keberadaan 260 rupaka Buddhis yang ditemukan terkubur di dekat yang diduga relikui Sri Buddha tersebut.

Dalam dua artikel yang baru-baru ini diterbitkan di jurnal Chinese Cultural Relics, tim arkeolog yang dipimpin oleh Hong Wu, seorang peneliti dari Institut Peninggalan Kebudayaan dan Arkeologi Provinsi Gansu mengatakan bahwa mereka tidak merasa yakin apakah rupaka-rupaka itu dikuburkan secara bersamaan dengan relikui tersebut.

Para arkeolog juga tidak ingin berspekulasi mengenai apakah sisa-sisa kremasi tersebut benar-benar dari tubuh Sri Buddha yang telah wafat sekitar 2.500 tahun yang lalu.

Inskripsi yang ditemukan dekat relikui di Jingchuan.
Inskripsi yang ditemukan dekat relikui di Jingchuan. Foto: Live Science – Chinese Cultural Relics

Sebelumnya, pada 2016 para arkeolog Tiongkok juga mengungkapkan penemuan mereka mengenai yang diduga relikui tengkorak Buddha Gotama di Nanjing dalam sebuah kotak emas.

Dalam jurnal, para arkeolog mengatakan, rupaka-rupaka Buddhis yang ditemukan setinggi 2 meter, dibuat di antara masa Dinasti Wei Utara (386 – 534 M) dan Dinasti Song (960 – 1279 M). Pada masa itu Wilayah Jingchuan merupakan pusat transportasi di ujung timur Jalur Sutera, kata para arkeolog.

Rupaka-rupaka tersebut termasuk rupa Buddha, para bodhisattva, para arhat dan para dewa yang dikenal sebagai para raja surgawi. Beberapa rupaka hanya menggambarkan kepala satu individu, sementara yang lain berukuran besar, beberapa bahkan menunjukkan satu individu yang berdiri di atas platform. Beberapa rupaka tersebut berupa prasasti, yang merupakan lempengan batu yang memiliki ukiran di dalamnya.

Beberapa rupaka memiliki tulisan di atasnya. Salah satunya bertanggal 26 Mei 571, dengan inskripsi yang bertuliskan “siswa Bi Sengqing,” yang kemungkinan bisa jadi yang menciptakan rupaka itu.

“(Saya) menyadari bahwa saya bingung… setiap hari, karena kekaguman saya akan kebijaksanaan Sri Buddha, (saya) menyumbangkan pengeluaran harian saya sebagai penghormatan, untuk memahat rupaka Buddha Sakyamuni, memuja untuk umur panjang, dan…,” tulisan yang ada pada salah satu rupaka yang beberapa baris selanjutnya tidak bisa terbaca.

Para warga desa menemukan rupaka-rupaka dan yang diduga relikui Sri Buddha saat memperbaiki jalan pada Desember 2012 di Desa Gongchi di Wilayah Jingchuan. Tahun-tahun berikutnya, para arkeolog menggali peninggalan-peninggalan tersebut, merinci temuan mereka di jurnal “Wenwu” dalam bahasa Mandarin pada tahun 2016. Kemudian kedua artikel tersebut baru-baru ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan dipublikasikan di jurnal Chinese Cultural Relics.[Bhagavant, 24/11/17, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Arkeologi,Tiongkok
Kata kunci:
Penulis: