Kontroversi Restorasi Situs Buddhis Stupa Bhamala dari Gandhara di Pakistan

Bhagavant.com,
Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan – Situs Buddhis Ghandara di Pakistan diduga dirusak oleh para pekerja yang seharusnya membantu dalam merestorasinya dengan menambahkan figur-figur baru.

Situs Buddhis Stupa Bhamala, di Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan.
Situs Buddhis Stupa Bhamala, di Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan. Foto: wikipedia.org

Menurut beberapa sumber yang dikutip surat kabar Dawn, Selasa pekan lalu, para pemahat batu lokal yang dilibatkan oleh Departemen Arkeologi dan Museum Khyber Pakhtunkhwa, memahat figur-figur baru di Kompleks Bhamala dari abad ke-4 yang berada 25 kilometer dari Museum Taxila.

UNESCO telah mendeklarasikan Kompleks Bhamala atau juga disebut Stupa Bhamala, yang berada di atas gundukan alami di dekat Bendungan Khanpur, sebagai sebuah situs warisan budaya dunia pada tahun 1980, yang berarti ia perlu dilindungi.

Para pejabat terkait menduga para pemahat tersebut menambahkan arca-arca Buddha palsu pada dinding-dinding vihara tersebut dengan plesteran dan gipsum untuk memberi kesan periode Gandhara. Alhasil, hasil pekerjaan mereka tersebut merusak struktur bangunan berusia tua tersebut.

Situs Bhamala merupakan hal yang penting dalam Peradaban Gandhara. Stupanya menyerupai Piramida Aztek. Konstruksi seperti itu hanya ditemukan di Kashmir. Jenis stupa ini biasanya berisi relikui spiritual Buddhis yang penting.

Sumber dalam mengatakan sejumlah pejabat departemen arkeologi Khyber Pakhtunkhwa memprakarsai proyek “restorasi dan pelestarian” multi juta rupee tersebut tanpa mendapat persetujuan dari organisasi internasional dan pihak berwenang terkait.

Di bawah piagam UNESCO tentang konservasi dan pemulihan situs kuno, yang juga dikenal sebagai Konvensi Warisan Dunia (World Heritage Convention) 1972, yang juga ditandatangani oleh Pakistan, mengharuskan hanya menggunakan mortar untuk merenovasi situs kuno.

 Bagian dari situs Buddhis Stupa Bhamala di Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan.
Bagian dari situs Buddhis Stupa Bhamala di Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan. Foto: Dawn.com

Namun penambahan kepala arca Buddha yang baru oleh para pemahat batu tersebut telah menghilangkan keaslian situs Bhamala.

“Sekarang, jangankan seorang ahli, bahkan pengunjung awam yang datang ke situs tersebut tidak bisa mempercayai mana yang benar-benar asli di sana,” kata salah satu sumber seperti yang dilansir Dawn, Selasa (2/5/2017).

Jelas bagi mata yang tajam, sembilan arca Buddha yang baru dibuat di dinding luar tersebut dibuat oleh orang yang memiliki sedikit pengetahuan dan keahlian teknik dan arkeologi, tidak sesuai dengan gaya dan bentuk buatan para ahli pada periode Gandhara.

Asim Meer, ketua sebuah organisasi non-pemerintah yang terkait dengan kebudayaan, mengatakan bahwa setiap bagian dari warisan dianggap sebagai nilai universal yang luar biasa untuk kualitas istimewanya dan karena itu layak mendapat perlindungan khusus.

Asim mengacu pada Pasal 6 (3) Konvensi Warisan Dunia yang melarang “… tindakan yang disengaja yang secara langsung atau tidak langsung merusak warisan tersebut”. Dan pasal 4 dari konvensi tersebut: “Setiap pihak negara dalam Konvensi ini mengakui bahwa berkewajiban untuk memastikan identifikasi, perlindungan, konservasi, penyajian, dan transmisi warisan budaya dan alam kepada generasi masa depan, dan warisan budaya dan alam pada pokoknya merupaka milik negara tersebut.

Dr Abdul Samad, Direktur Departemen Arkeologi dan Museum Khyber Pakhtunkhwa, membela hasil restorasi yang telah terjadi, mengatakan, “Ini bukan perusakan tapi konsolidasi.” Dalam arkeologi, istilah konsolidasi menggambarkan penggunaan bahan kimia atau bahan tertentu untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada struktur atau pahatan.

“Setiap pahatan utuh, yang keluarkan setelah dikubur selama berabad-abad, berada dalam kondisi rapuh. Jadi untuk melestarikannya, arca-arca Buddha ini dikonsolidasikan,” lanjut Dr. Samad.

Namun, salah satu pendahulunya, Dr. Fazal Dad Kakar, yang saat ini menjabat ketua Dewan Monumen dan Situs Internasional (ICOMOS) Pakistan, tidak setuju dengan pernyataan tersebut, dan menyatakan bahwa tidak ada konsolidasi yang terjadi. Sebaliknya, sembilan arca Buddha tersebut diukir ulang dengan melanggar Konvensi Warisan Dunia.

ICOMOS sendiri merupakan suatu asosiasi profesional yang bekerja dalam bidang konservasi dan perlindungan tempat-tempat warisan budaya di seluruh dunia. Disebutkan dalam situs web resminya, ICOMOS adalah organisasi internasional non-pemerintah satu-satunya yang bekerja untuk melestarikan warisan arsitektural dan arkeologi melalui teknik ilmiah.[Bhagavant. 8/5/17, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Arkeologi,Pakistan,Seni dan Budaya
Kata kunci: ,
Penulis: