Berikut 2 Fenomena Langit di Hari Raya Magha Puja dan Cap Go Meh 2017

Bhagavant.com,
Jakarta, Indonesia – Seperti tahun-tahun sebelumnya, Hari Raya Magha Puja sebagai salah satu dari hari besar Agama Buddha jatuh pada waktu yang bersamaan (kadang berbeda beberapa jam) dengan Hari Cap Go Meh, hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek.

Ilustrasi: Bulan dan salju.
Ilustrasi: Bulan dan salju. Foto: the-open-mind.com

Tapi tahun ini langit memperlihatkan dua fenomena langit yang berbeda saat kedua hari itu tiba pada Sabtu, 11 Februari 2017. Pertama, adalah fenomena gerhana Bulan Salju penumbra dan yang terakhir adalah Komet 45P/Honda–Mrkos–Pajdušáková.

Fenomena gerhana Bulan Salju penumbra pada dasarnya merupakan fenomema gerhana Bulan penumbra pada umumnya, yaitu saat permukaan Bulan tertutup bayangan kabur (samar) Bumi. Perbedaannya hanya terletak pada istilah “Bulan Salju” atau disebut juga “Purnama Salju”.

“Bulan Salju” merupakan istilah yang diberikan oleh masyarakat Amerika Utara kuno kepada Purnama di bulan Februari. Biasanya di sana pada bulan Februari, salju dan udara dingin muncul, inilah alasannya dari pemberian nama “Bulan Salju”.

Fenomena gerhana “Bulan Salju” penumbra ini hanya akan terlihat di sebagian wilayah Indonesia yaitu Indonesia bagian Barat dan sedikit di wilayah bagian Tengah. Selain itu, fenomena ini hanya akan terlihat pada saat momen awalnya saja yang dimulai pukul 05.04 WIB.

Menurut situs Time and Date, hal tersebut terjadi karena posisi Bulan di langit Indonesia saat penumbra (bayangan) Bumi sepenuhnya menutupi yaitu pukul 07.43 WIB, Bulan akan berada di bawah horizon, dan hari telah siang. Ini berarti pada Hari Raya Magha Puja 2560 EB dan Cap Go Meh 4715 EH, puncak gerhana Purnama tidak akan terlihat.

Fenomena kedua adalah pergerakan Komet 45P/Honda–Mrkos–Pajdušáková (45P/HMP) yang mendekati Bumi. Setelah mengelilingi Matahari pada Desember 2016, Komet 45P/HMP akan kembali ke luar dari tata surya. Dalam perjalanannya itu ia akan muncul di langit Bumi pada dini hari, dan terlihat di rasi bintang Aquila dan Hercules.

Menurut situs National Geographic, “bintang berekor” tersebut akan mencapai titik terdekat dengan Bumi yaitu dengan jarak 7.7 juta mil. Jika langit cerah, komet yang memiliki cahaya yang cukup kuat maka ia dapat dilihat dengan mata telanjang. Ia akan terlihat seperti bola bulu yang kecil di langit.

Keberadaan Komet 45P/Honda–Mrkos–Pajdušáková ditemukan pada tahun 1948 dan diberi nama sesuai dengan nama para penemunya yaitu Minoru Honda, Antonín Mrkos, dan Ľudmila Pajdušáková.[Bhagavant, 6/2/17, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Indonesia,Sains
Kata kunci:
Penulis: