Kesepakatan Bersama, Rupaka Buddha Vihara Tanjung Balai Dipindahkan

Bhagavant.com,
Sumatera Utara, Indonesia – Kabar penurunan dan pemindahan rupaka Buddha di Vihara Tri Ratna di Jalan Asahan, Kelurahan Indra Sakti, Kecamatan Tanjung Balai Selatan, Sumatera Utara, menjadi viral di media sosial.

Rupaka Buddha Amitabha di atas gedung Vihara Tri Ratna sebelum diturunkan dan dipindahkan.
Rupaka Buddha Amitabha di atas gedung Vihara Tri Ratna sebelum diturunkan dan dipindahkan.

Proses penurunan rupaka Buddha Amitabha di Vihara Tri Ratna yang telah dilaksanakan pada Kamis (27/10/2016) disebut sesuai dengan “kesepakatan bersama” antar tokoh pada awal bulan September lalu. Penurunan rupaka ini bukan berarti ditiadakan sama sekali tapi dipindahkan ke tempat yang lebih “sesuai” yang dilaksanakan pada Sabtu (29/10/2016).

Bertempat di pendopo rumah dinasnya pada Kamis (1/9/2016), Wali Kota Tanjung Balai M. Syahrial S.H. M.H. bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Tanjung Balai, Ketua FKUB, Ketua MUI serta Ketua Yayasan Vihara Tri Ratna telah menandatangani kesepakatan bersama pemindahan rupaka Buddha Amitabha Vihara Tri Ratna ke lokasi yang telah ditentukan.

Seperti yang dilansir Harian Andalas Sabtu (3/9/2016), menurut surat pernyataan yang dibuat Pek Tjhong Li alias Akun, selaku Ketua Yayasan Vihara Tri Ratna Tanjung Balai mengatakan, bahwa hal tersebut dilakukan demi terciptanya suasana kondusif dan hubungan harmonis di antara umat beragama di Kota Tanjung Balai.

“Karena itu, dengan ini kami (Yayasan Vihara Tri Ratna) menyatakan bersedia memindahkan posisi patung Buddha Amitabha ke tempat yang telah disepakati,” kata Pek Tjhong.

Wali Kota menyambut baik dengan telah terwujudnya kesepakatan bersama ini, guna memelihara kondusifitas dan kerukunan antar umat beragama di Kota Tanjung Balai.

“Semoga, hal ini bermanfaat bagi seluruh umat beragama dan saling menjaga kerukunan dan keharmonisan di tengah masyarakat kita,” kata Wali Kota M. Syahrial.

Proses penurunan rupaka Buddha Vihara Tri Ratna Tanjung Balai, Sumatera Utara dengan menggunakan crane. Foto: Facebook
Proses penurunan rupaka Buddha Vihara Tri Ratna Tanjung Balai, Sumatera Utara dengan menggunakan crane. Foto: Facebook

Menurut Sekretaris Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Tanjungbalai Marolop Mangunsong, seperti yang dilansir Pojok Satu (5/9/2016), rupaka Buddha Amitabha tersebut akan ditempatkan di tempat terhormat sesuai keyakinan umat Buddha. Dengan demikian, rupaka setinggi kurang lebih 6 meter dan yang diresmikan pada 8 November 2009 itu tidak akan berada di atas gedung vihara lagi.

Berita penurunan dan pemindahan rupaka Buddha di Vihara Tri Ratna Tanjung Balai ini sentak menimbulkan berbagai reaksi para netizen khususnya netizen Buddhis.

Tidak sedikit yang mempertanyakan alasan di balik penurunan atau pemindahan rupaka itu, terlebih setelah Vihara Tri Ratna Tanjung Balai menjadi korban perusakan pada peristiwa kerusuhan Tanjung Balai pada 30 Juli 2016 serta intimidasi yang telah dilakukan oleh salah satu organisasi agamis non-Buddhis pada November 2010.

Meskipun alasan di balik pemindahkan rupaka itu tidak cukup kuat dilihat dari kacamata nilai toleransi dan keberagaman yang dijunjung bangsa Indonesia serta tidak menjamin terciptanya keharmonisan yang hakiki, namun tidak sedikit umat Buddha Indonesia yang berhati besar dalam menyikapi hal ini.

“Tidak apa apa rupang (rupaka) Buddha turun, sing penting welas asihmu terhadap semua makhluk tidak ikut turun, semua makhluk hidup mendambakan kebahagiaan. Apabila dengan turun nya patung Buddha bisa memberikan kebahagiaan kepada orang lain, maka bukankah doa khas umat Buddha yaitu “semoga semua makhluk hidup berbahagia” menjadi kenyataan?” ujar salah satu tokoh Buddhis, Y.M. Lama Karma Zopa Gyatsho, dalam status Facebook-nya, Jumat (28/10/2016).

Nasihat Lama Karma Zopa tersebut mengingatkan umat Buddhis bahwa sikap welas asihlah yang terpenting dan merupakan ciri atau identitas seorang Buddhis bukan sebuah rupaka. Jadi, biarlah rupaka Buddha itu diturunkan atau dipindahkan, asal saddha (keyakinan) kita kepada Buddha tidak ikut turun dan berpindah.[Bhagavant, 29/10/16, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Asia Tenggara,Indonesia,Sosial
Kata kunci:
Penulis: