Ribuan Hadiri Puja Hari Ullambana di Vihara Phuc Khanh, Hanoi, Vietnam
Bhagavant.com.
Hanoi, Vietnam – Meskipun hujan, ribuan warga Vietnam mengunjungi sebuah vihara di Hanoi untuk menghadiri puja bakti Hari Ullambana pada Selasa (16/8/2016) malam.
Vihara Phuc Khanh di Hanoi, Vietnam, penuh dengan umat Buddhis saat puja bakti Hari Ullambana diselenggarakan. Vihara yang kecil membuat para umat yang tidak tertampung terpaksa melakukan puja bakti di jalan.
Dalam keyakinan Buddhisme tradisi Mahayana di Asia Timur, Hari Ullambana yang jatuh pada tanggal 15 di bulan 7 penanggalan Tionghoa (Imlek) merupakan hari untuk mengenang dan mempersembahkan dana kepada para mendiang leluhur.
Hari Ullambana sering disalahartikan sebagai Festival Hantu Kelaparan (Vietnam: Vu Lan) dari kepercayaan lain yang jatuh pada hari yang sama. Festival Hantu Kelaparan sendiri merupakan perayaan pertengahan awal musim gugur (Vietnam: Tết Trung Nguyên) dari tradisi masyarakat agraris Tiongkok pada zaman dahulu yang merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur serta para dewa agar panen mereka dapat menghasilkan hasil yang berlimpah saat musim gugur berakhir.
Sedangkan peringatan Hari Ullamabana berasal dari kepustakaan Buddhisme Mahayana Asia Timur yaitu Ullambana Sutra yang dipercaya diterjemahkan ke dalam bahasa Tionghoa oleh seorang bhiksu asal Tiongkok bernama Zhu Fahu (Dharmarakṣa). Ullambana Sutra berisi mengenai Yang Arya Maudgalyāyana, salah satu Siswa Utama Sri Buddha yang ingin menolong mendiang ibunya yang terlahir kembali sebagai hantu kelaparan.
Pengaruh yang kuat dari tradisi negara tetangganya (Tiongkok), membuat banyak keluarga di Vietnam baik Buddhis maupun non-Buddhis mulai merayakan hari perpaduan antara Ullambana dari tradisi Buddhis dengan Festival Hantu Kelaparan (Zhong Yuan Jie atau Yu Lan Jie) dari tradisi Tionghoa dan kepercayaan lain.
Salah satu tradisi yang dilakukan warga Vietnaam pada hari itu adalah mengunjungi vihara dengan mengenakan bunga mawar sebagai ungkapan rasa terima kasih dan apresiasi terhadap ibu mereka. Mawar merah jika orang tua mereka masih hidup dan mawar putih jika orang tua mereka telah meninggal.
Tradisi mengenakan bunga mawar tersebut merupakan tradisi baru dalam perayaan Ullambana yang menarik generasi muda Vietnam. Tradisi ini diprakarsai oleh Master Zen Y.M. Thich Nhat Hanh dan dimulai saat perkembangan baru Agama Buddha di Vietnam Selatan pada tahun 1962.
Seperti yang dilansir VietNamNet Bridge, Rabu (17/8/2016), Master Zen Thich Nhat Hanh mengatakan ia terinspirasi oleh tradisi mengenakan bunga oleh warga Jepang saat peringatan Hari Ibu di Jepang. Bunga mawar telah menjadi simbol cinta dan berbagi antara orang tua dan anak-anak mereka tanpa memandang latar belakang sosial.
Berbeda dengan masyarakat di negara Barat dengan Hari Ibu mereka, masyarakat Vietnam menghargai Festival Hantu Kelaparan pada umumnya dan Hari Ullambana pada khususnya sebagai waktu untuk menghormati orang yang mereka cintai baik yang masih hidup atau pun yang sudah meninggal.[Bhagavant, 19/8/16, Sum]
Kategori: Asia Tenggara,Seremonial,Vietnam
Kata kunci: Ullambana
Penulis: