Kontroversi Penghilangan Swastika dari Peta Jepang

Bhagavant.com,
Tokyo, Jepang – Rencana Badan Informasi Geospasial (BIG) Jepang untuk menghilangkan simbol swastika dari peta-peta Jepang sebagai penanda lokasi vihara-vihara, menuai kontroversi.

Sebagian dari peta rute bus di Kyoto menampilkan simbol swastika sebagai petunjuk letak lokasi vihara-vihara.
Sebagian dari peta rute bus di Kyoto menampilkan simbol swastika (卍) sebagai petunjuk letak lokasi vihara-vihara.

Peta-peta di Jepang telah lama menggunakan simbol swastika sebagai penanda lokasi keberadaan vihara-vihara di berbagai wilayah, namun belakangan departemen pariwisata dan BIG Jepang berupaya menggantinya lantaran dianggap membingungkan para wisman luar negeri yang mengaitkannya dengan organisasi Nazi.

Simbol swastika (卍) yang dikenal di kalangan masyarakat Jepang sebagai “manji” telah digunakan sebagai tanda untuk bangunan keagamaan selama ribuan tahun sebelum Hitler dan kaki tangannya memutuskan untuk mengadopsi simbol tersebut sebagai milik mereka, setelah membalik dan memiringkan bentuknya.

Usaha departemen pariwisata dan BIG Jepang mengganti simbol swastika menimbulkan kontroversi. Banyak warga Jepang yang merasa tidak senang dengan perubahan simbol tersebut.

Makoto Watanabe, seorang pakar komunikasi di Universitas Bunkyo Hokkaido menyerukan agar para wisatawan asing diberikan informasi agar memahami arti sebenarnya dari simbol tersebut.

“Kami telah menggunakan simbol ini selama ribuan tahun sebelum dimasukkan ke dalam bendera Nazi, jadi saya percaya akan lebih baik bagi kita untuk tetap menempatkannya pada peta-peta kita dan meminta orang lain untuk memahami arti sebenarnya,” kata Makota seperti yang dilansir The Telegraph, Senin (18/1/2016).

“Saya pikir itu akan memiliki tujuan baik jika orang-orang dari luar negeri melihat simbol tersebut, menanyakan apa artinya dan dari mana asalnya. Itu mungkin membantu menyingkirkan beberapa kesan negatif yang terkait dengan ‘manji‘,” tambahnya.

Simbol swastika sendiri merupakan simbol yang telah digunakan ribuan tahun, tidak hanya oleh sejumlah tradisi Agama Buddha (khususnya Mahayana), Hindu dan Jaina tetapi juga oleh kebudayaan kuno lain seperti di Eropa dan  Amerika Utara. Kata “swastika” sendiri berarti berkah baik.[Bhagavant, 20/1/16, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Asia Timur,Jepang,Tradisi dan Budaya
Kata kunci:
Penulis: