Konferensi Sakyadhita Ke-14 Resmi Dibuka di Yogyakarta

Bhagavant.com,
Jawa Tengah, Indonesia – Pemukulan gong oleh Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifudin menandakan resmi dibukanya Konferensi Wanita Buddhis Internasional Sakyadhita Ke-14 (14th Sakyadhita International Conference for Buddhist Women) di Bangsal Kepatihan, Kadipaten Kraton, Yogyakarta, Jawa Tengah, Selasa (23/6/2015) siang.

Para wanita Buddhis di Upacara pembukaan pagi hari Konferensi Wanita Buddhis Internasional Sakyadhita Ke-14 di Sambi Resort, Yogyakarta, Selasa (23/6/2015).
Para wanita Buddhis di Upacara pembukaan pagi hari Konferensi Wanita Buddhis Internasional Sakyadhita Ke-14 di Sambi Resort, Yogyakarta, Selasa (23/6/2015). Foto: FB Opal Li – Sakyadhita International.

Konferensi selama seminggu, dari 23 sampai 30 Juni 2015, diikuti 1.000 peserta dari 40 negara di dunia yang terdiri dari 425 peserta dari luar negeri dan 475 dari berbagai provinsi di Indonesia, dengan mengangkat tema “Welas Asih & Keadilan Sosial” (Compassion & Social Justice).

Terdiri dari 13 Sub-tema, acara tersebut diisi oleh 59 pembicara dari dalam dan luar negeri yang membahas mengenai berbagai topik seputar Agama Buddha dan dunia Buddhis, dari transformasi batin, wanita dan kebudayaan Buddhis Indonesia, peran global Agama Buddha hingga mengenai penahbisan bhikkhuni.

Dalam pembukaan konferensi yang juga di hadiri oleh Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Bawono X, Menteri Agama mengatakan bahwa konferensi internasional wanita Buddha Sakyadhita ini merupakan wujud dari kepedulian umat Buddha terhadap isu-isu kesetaraan gender, dan karena itu pemerintah memberikan dukungan dan apresiasi.

Para anagarini dan para bhikkhu melantukan paritta dalam upacara pembukaan awal pagi hari Konferensi Wanita Buddhis Internasional Sakyadhita Ke-14, Selasa (23/6/2015).
Para anagarini dan para bhikkhu melantukan paritta dalam upacara pembukaan awal pagi hari Konferensi Wanita Buddhis Internasional Sakyadhita Ke-14, Selasa (23/6/2015). Foto: FB Opal Li – Sakyadhita International.

Menteri Agama juga mengatakan bahwa sejarah perjuangan bangsa untuk menggapai kemerdekaan memang tidak bisa dilepaskan dari peran perempuan-perempuan yang kuat dan tangguh. Sampai saat ini, emansipasi wanita terus semakin berkembang di belahan dunia, terutama dalam hal aktualisasi pengembangan spritual, transformasi sosial dan keadilan gender di Tanah Air.

“Ini bukti nyata betapa emansipasi wanita telah semakin berkembang di berbagai belahan dunia, terutama dalam hal aktualisasi pengembangan spritual, transformasi sosial, dan keadilan gender di Tanah Air,” kata Menteri Agama Lukman Hakim.

Dalam sambutannya, Presiden Asosiasi Wanita Buddhis Internasional Sakyadhita, Y.M. Bhiksuni Tenzin Palmo berharap dengan penyelenggaraan Konferensi Sakyadhita di Indonesia, mampu menularkan prinsip toleransi serta perdamaian yang kuat kepada dunia. “Indonesia lebih kuat dalam menyuarakan tentang prinsip toleransi dan perdamaian,” kata Bhiksuni Tenzin Palmo. “Menurut saya ini negara yang spesial,” lanjutnya seperti yang dilansir antaranews, Selasa (23/6/2015).

Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifudin memberikan sambutan dalam pembukaan Konferensi Wanita Buddhis Internasional Sakyadhita Ke-14.
Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifudin memberikan sambutan dalam pembukaan Konferensi Wanita Buddhis Internasional Sakyadhita Ke-14. Foto: kemenag.go.id

Dalam pembukaan konferensi tersebut di tampilkan tarian “Sekar Pudyastuti”, sebuah tarian penyambutan khusus yang menampilkan gerakan tarian gaya perempuan Yogyakarta yang anggun.

Sebelum pembukaan di Bangsal Kepatihan, pada pagi harinya para delegasi juga telah melakukan serangkaian kegiatan di Sambi Resort di Desa Wisata Sambi Pakembinangun-Sleman Yogyakarta, yang didahului para viharawati yang diiringi oleh para penari Gending Sriwijaya dan diisi juga dengan pelantunan paritta, sutra dan mantra dari para viharawati dari berbagai tradisi Buddhis.

Sakyadhita sendiri merupakan sebuah organisasi wanita Buddhis bertaraf internasional yang berdiri pada tahun 1987, bertujuan menggabungkan perempuan Buddhis dari negara dan tradisi yang berbeda, untuk mempromosikan kesejahteraan mereka dan untuk memfasilitasi pekerjaan mereka untuk membawa manfaat bagi kemanusiaan.[Bhagavant, 24/6/15, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Indonesia,Wanita Buddhis
Kata kunci:
Penulis: