Luang Por Khoon Wafat di Usia 91 Tahun

Bhagavant.com,
Khon Kaen, Thailand – Puluhan ribu umat Buddhis Thailand berbondong-bondong menuju ke Universitas Khon Kaen untuk memberikan penghormatan terakhir kepada salah satu bhikkhu hutan yang sangat dihormati, Yang Mulia Bhikkhu Parisuddha (Thailand: Parisuttho) yang wafat di Rumah Sakit Maharat Nakhon Ratchasima pada Sabtu (16/5/2015).

Y.M. Bhikkhu Parisuddha atau Luang Por Khoon Parisuttho (1923 - 2015)
Y.M. Bhikkhu Parisuddha atau Luang Por Khoon Parisuttho (1923 – 2015)

Yang Mulia Bhikkhu Parisuddha yang dikenal dengan nama Luang Por Khoon Parisuttho dilarikan ke rumah sakit di Provinsi Nakhon Ratchasima tersebut pada Jumat, 15 Mei pukul 8.30 pagi setelah ia menderita serangan jantung pada pukul 5.45 waktu setempat. Beliau dinyatakan wafat oleh pihak rumah sakit pada pukul 11.45 waktu setepat di usia 91 tahun.

Pada Minggu (17/5/2015), saat prosesi iringan sekitar 100 mobil yang membawa jenazah Luang Por Khoon menuju Universitas Khon Kaen, tempat Rektor Asosiasi Profesor Kittichai Trairattanasirichai dan para ahli medis memeriksa tubuhnya untuk pendaftaran donor, kerumunan besar massa di sepanjang rute mengucapkan kata dalam bahasa Pali “Sadhu” dan memberikan penghormatan dengan beranjali (Thailand: wai). The Nation melaporkan pada Senin (18/5/2015).

Jenazah Luang Por Khoon disemayamkan di paviliun ulang tahun ke-25 universitas Khon Kaen pada pukul 5.00 untuk memberikan kesempatan para umat Buddhis untuk mengucapkan perpisahan dan penghormatan sebelum dipindahkan pada pukul 2.30 siang ke Golden Jubilee Hall universitas tersebut, tempat diadakannya pembacaan Abhidhamma dan pelimpahan jasa.

Warga Buddhis Thailand berjajar di spanjang jalan prosesi pemindahan jenazah Luang Por Khoon Parisuttho menuju Universitas Khon Kaen, Minggu (17/5/2015).
Warga Buddhis Thailand berjajar di spanjang jalan prosesi pemindahan jenazah Luang Por Khoon Parisuttho menuju Universitas Khon Kaen, Minggu (17/5/2015). Foto: The Nation

Setelah pelaksanaan puja bakti selama tujuh hari yang diselenggarakan oleh komite bersama yang terdiri dari para bhikkhu, staf Universitas Khon Kaen, para siswa dari Vihara Ban Rai (Wat Ban Rai) dan instansi terkait di Khon Kaen dan Nakhon Ratchasima, tubuh Luang Por Khoon akan disimpan selama satu tahun sebelum digunakan untuk studi diseksi (pembedahan) oleh para siswa kedokteran selama dua hingga tiga tahun.

Dalam wasiatnya yang dibuat pada pertengahan tahun 2000, Luang Por Khoon meminta agar tubuhnya disumbangkan ke Fakultas Kedokteran di Universitas Khon Kaen dalam waktu 24 jam dari kematiannya.

Setelah tubuhnya dikembalikan, ia ingin upacara kematian yang sederhana dan melarang siswa-siswanya untuk melaksanakan kremasi kerajaan. Sisa-sisa abunya diminta disebar di Sungai Mekong.

Pada hari Sabtu sore, Raja Thailand mempersembahkan sebuah guci abu jenazah untuk mendiang Luang Por Khoon yang menyandang gelar resmi Phra Thep Witthayakhom (Vidhayaka). Raja juga mempersembahkan payung berjenjang lima (Thailand: chat benja; Pali: chatta panca), serta air untuk upacara pembasuhan.

Para umat memberikan penghormatan terakhir kepada mendiang Luang Por Khoon yang wafat di usia 91 tahun.
Para umat memberikan penghormatan terakhir kepada mendiang Luang Por Khoon yang wafat di usia 91 tahun. Foto: Bangkok Post

Sementara itu, Vihara Ban Rai, tempat Luang Por Khoon menjabat sebagai kepala vihara, juga menyelenggarakan upacara pembacaan Abhidhamma selama 100 hari sehingga para bhikkhu dan warga yang tidak dapat pergi ke Universitas Khon Kaen dapat memberikan penghormatan mereka, demikian kata kepala Distrik Dan Khun Thot, Saksit Sakullikharesima.

Pada hari Minggu (17/5/2015), sebuah komite menunjuk Y.M. Bhikkhu Pavana Prajanartha (Phra Khru Pavana Prachanart) yang dikenal dengan sebutan Luang Por Nuch dari Vihara Nong Bua Thung di Nakhon Ratchasima menjadi pelaksana tugas kepala Vihara Ban Rai.

Luang Por Khoon dikenal oleh masyarakat Thailand bukan hanya sebagai seorang bhikkhu dari Tradisi Hutan, tetapi dianggap sebagai bhikkhu yang memiliki kemampuan khusus atau iddhi (kekuatan batin atau supernatural).

Biografi singkat

Luang Por Khoon lahir pada 4 Oktober 1923 di sebuah desa kecil bernama Ban Rai, di Distrik Dan Khun Thot, Provinsi Nakhon Ratchasima. Pada usia 21 tahun beliau ditahbiskan menjadi bhikkhu di Vihara Thanon Hak Yai pada 5 Mei 1944 dengan nama Dhamma: Parisuttho (Parisuddha). Beliau kemudian mendapat bimbingan dari Y.M. Bhikkhu Yana Vilasa (Phra Kru Yan Wilas) atau Luang Por Daeng dari Vihara Ban Nongpho.

Melihat bahwa Luang Por Khoon sangat rajin belajar, Luang Por Daeng membawanya untuk memenuhi Y.M. Bhikkhu Buddhasara (Phutthasaro) atau dikenal dengan nama Luang Por Khong yang kala itu merupakan kepala Vihara Hat Yai. Ia kemudian menjadi siswa Luang Por Kong yang merupakan seorang bhikkhu dari Tradisi Hutan yang mempraktikan “dhutanga“. Sejak saat itu Luang Por Khoon berlatih sebagai seorang bhikkhu hutan dan berkelana hingga Kamboja.

Setelah berkelana beliau kembali ke kampung halamannya di Ban Rai. Sejak saat itu, ia mulai melakukan pembangunan dan renovasi Vihara Ban Rai. Pekerjaan konstruksi pertamanya adalah sebuah cetiya pada tahun 1953 dan diikuti dengan dharmasala di vihara, kuti untuk para bhikkhu, sekolah untuk anak-anak Ban Rai, sebuah rumah sakit bagi masyarakat setempat dan penampung air untuk konsumsi lokal dan sebagainya serta sumbangan untuk proyek kesehatan masyarakat umum. Semua ini telah semakin meningkatkan kenyamanan dan pengembangan di Desa Ban Rai.

Luang Por Khoon dikenal dengan gaya posisi duduknya yaitu berjongkok. Beliau telah memberikan penjelasan kepada semua siswanya mengenai gaya duduk yang menurutnya paling nyaman bagi dirinya. Menurutnya, posisi ini merupakan sikap yang membuat waspada seseorang. Cara ini sangat mudah untuk bangkit dan siap untuk berjalan dengan cara apapun serta nyaman untuk bekerja setiap saat.

Seperti yang dikutip dari Monks Biography: Luang Por Khoon oleh unclesiam.com, dalam mengajarkan konsentrasi Luang Por Khoon juga menggunakan alat berupa kherungrang (เครื่องราง – jimat). Beliau menginstruksikan para siswa dan umatnya yang memiliki jimat darinya dan membawanya, perlu selalu mengulang kata “phuttho” (Pali: buddho) dengan pikiran yang berkonsentrasi, bersabar untuk tidak mengutuk (kasar dan mencaci kepada orang tua), tidak berzinah, dan selalu melakukan puja malam sebelum di mana pun berada.

Luang Por Khoon juga mengajarkan cara bermeditasi dengan memperhatikan keluar masuknya napas, yaitu dengan mengucap secara berulang dalam batin kata “pasti” saat menarik napas dan kata “mati” saat menghembuskan napas.

Luang Por Khoon tidak hanya dikenal oleh masyarakat pada umumnya tetapi juga dikenal oleh para atlet olah raga Thailand yang mengharapkan restunya saat hendak melakukan pertandingan.

Sebagai contoh, seperti yang dilansir Bangkok Post, Minggu (17/5/2015), Somluck Kamsing, seorang petinju amatir, mengaku penah diprediksi oleh Luang Por Khoon bahwa ia akan menang dalam Olimpiade Atlanta 1996 di Amerika Serikat setelah Luang Por memberikannya wejangan. Dan ternyata ia memang menang dan meraih medali emas dalam pertandingan melawan petinju dari Bulgaria, Serafim Todorov.

Somjit Jongjohor, seorang petinju amatir yang meraih emas dalam Olimpiade Beijing 2008 di Tiongkok, sering mengunjungi Luang Por Khoon karena ia dan keluarganya tinggal di Nakhon Ratchasima meskipun ia lahir di Buri Ram.

Beberapa petinju profesional juga mengunjungi Luang Por Khoon sebelum pertandingan mereka termasuk juara kelas terbang ringan IBF, Amnat Ruenroeng, yang beberapa bulan lalu melakukan pertandingan.

Meskipun Yang Mulia Bhikkhu Parisuddha atau Luang Por Khoon Parisuttho telah tiada, namun jasa kebaikannya akan dikenang oleh siapa pun yang menerimanya, dan semoga jasanya membawa beliau kepada Pembebasan Akhir. Sadhu![Bhagavant, 18/5/15, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Thailand,Tokoh
Kata kunci:
Penulis: