3 Fenomena Langit di Awal Kathina 2558 EB
Bhagavant.com,
Jakarta, Indonesia – Perayaan Kathina di bulan Kattikā akan segera tiba. Awal perayaan Kathina yang tahun ini memasuki tahun 2558 Era Buddhis (EB) dan jatuh pada 8 Oktober 2014, akan disambut oleh 3 fenomena langit yang menarik.
Penampakan bulan purnama yang selalu menghiasi awal Kathina, tampaknya tahun ini untuk beberapa waktu cahayanya akan terhalang bayangan bumi. Dengan kata lain, akan terjadi gerhana bulan total yang merupakan salah satu fenomena di awal perayaan Kathina tahun ini. Pada saat itu bulan akan tampak suram dan berwarna kemerahan. Ini merupakan gerhana bulan total kedua di tahun 2014 setelah sebelumnya terjadi pada 15 April yang lalu.
Berdasarkan situs Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat – NASA, proses fenomena gerhana bulan yang terjadi pada 8 Oktober 2014 akan berlangsung sejak pukul pukul 15.15 – 20.33 WIB. Sedangkan bulan akan tertutup secara total selama satu jam yaitu mulai pukul 17.25 – 18.24 WIB. Puncak gerhana terjadi pada pukul 17.54 WIB.
Untuk di Indonesia, proses gerhana bulan total ini akan lebih mudah dan lengkap dilihat dengan mata telanjang di wilayah Indonesia Timur, karena kondisi langit yang telah gelap dibandingkan dengan wilayah barat Indonesia yang masih senja. Sedangkan wilayah Indonesia Barat hanya dapat melihat saat bulan tertutup secara total.
Fenomena kedua yang akan muncul adalah posisi planet Uranus yang akan mencapai jarang terdekat dengan Bumi dan disinari secara penuh oleh Matahari. Ini berarti planet tersebut akan terlihat terang dan dapat dilihat dengan mata telanjang pada 7-8 Oktober 2014. Meskipun dapat dilihat dengan mata telanjang, planet tersebut hanya terlihat berupa titik biru kehijauan, kecuali dengan teleskop yang sangat canggih. Demikian yang dilansir situs Sea and Sky.
Uranus sendiri merupakan planet ke-7 dari Matahari. Menariknya, nama Uranus diambil dari nama dewa langit (angkasa) dalam mitologi Yunani kuno, Ouranos (Οὐρανός), yang secara etimologi berasal dari kata “worsanos” dalam bahasa purwa-Yunani yang diambil dari kata bendanya “warso”, yang dalam bahasa Sanskertanya adalah “varsa” dan bahasa Palinya adalah “vassa”. Kesemuanya berarti “hujan”. Dan hal ini sama dengan istilah retret musim hujan yang dilakukan para bhikkhu sebelum perayaan Kathina, yaitu vassa atau varsa.
Fenomena yang ketiga adalah hujan meteor Draconid yang akan pada kapasitas puncaknya pada 8-9 Oktober 2014. Dikarenakan adanya cahaya bulan purnama saat itu, maka hujan meteor Draconid akan sukar untuk diamati.
Hujan meteor Draconid terjadi dari debu komet 21P/Giacobini-Zinner yang terbakar di atmosfer bumi.
Perayaan Kathina sendiri merupakan sebuah perayaan sebagai tanda berakhirnya masa retret musim hujan (vassa) para bhikkhu yang dilaksanakan selama 3 bulan. Pada akhir masa vassa atau awal perayaan Kathina, para bhikkhu melaksanakan Pavarana, yaitu undangan bagi para bhikkhu untuk berkumpul bersama dan saling memberikan nasihat.
Dalam perayaan Kathina yang dilaksanakan di dalam batas rentang waktu sebulan sejak Pavarana, umat Buddhis melakukan berbagai kegiatan terutama memberikan persembahan jubah Kathina kepada Sangha.[Bhagavant, 2/10/14, Sum]
Kategori: Sains
Kata kunci: astronomi, Kathina
Penulis: