Bukti untuk yang Diduga Mangkuk Dana Sang Buddha

Bhagavant.com,
Patna, India – Beberapa arkeolog India mengklaim telah menemukan bukti kuat untuk membuktikan bahwa mangkuk granit abu-abu kehijauan seberat 400 kg yang disimpan di Museum Nasional Afghanistan di Kabul, sebelumnya diambil dari Vaishali (Vesali) di Bihar di mana pernah digunakan pada masa Buddha Gotama.

Mangkuk yang diduga sebagai mangkuk dana Sang Buddha berada di Museum Nasional Afghanistan di Kabul
Mangkuk yang diduga sebagai mangkuk dana Sang Buddha berada di Museum Nasional Afghanistan di Kabul. Foto: thevelvetrocket.com

Mangkuk tersebut dianggap sebagai salah satu peninggalan yang paling dihormati dalam Buddhisme di seluruh dunia. Sejarawan percaya bahwa artefak tersebut digunakan sebagai mangkuk dana (danapatta/danapatra) oleh Sang Buddha.

Sumber-sumber utama di Badan Penelitian Arkeologi India – Archaeological Survey of India (ASI) telah mengonfirmasikan kepada The Telegraph India bahwa sebuah simbol swastika telah terlihat pada baris keenam inskripsi pada bagian luar mangkuk tersebut. Swastika dianggap sebagai simbol kebaikan dalam Buddhisme tradisi Mahayana.

Sumber tersebut menegaskan bahwa mangkuk tersebut dibuat di abad ke-6 SEU (Sebelum Era Umum/ Sebelum Masehi) di Vaishali. Mangkuk tersebut dibawa ke Kandahar (kemudian disebut Gandhara) di Afghanistan pada kekuasaan Kaisar Kanishka dari Kushan di abad pertama Era Umum/Masehi.

“Mangkuk tersebut dibuat di sebuah vihara di Vaishali, di mana Buddha tinggal selama beberapa tahun sebelum pergi ke Kushinagar (Kusinara) untuk mencapai Parinirvana (Parinibbana). Mangkuk tersebut kemudian dibawa ke Kandahar setelah Konsili Buddhis Ke-4 (tradisi Sarvastivada) yang diselenggarakan oleh Kanishka di tahun 78 Masehi,” kata sumber ASI seperti yang dilansir The Telegraph India, Jumat (8/8/2014).

Buddha pernah mengunjungi Vaishali, sekitar 70 km di utara Patna, beberapa kali dan menyampaikan khotbah terakhir-Nya sebelum kemangkatan-Nya sekitar tahun 483 SEU/SM.

Mangkuk Sang Buddha
Sumber: The Telegraph India

Asal-usul mangkuk tersebut menjadi sebuah permasalahan dalam wacana publik setelah anggota parlemen dari Partai RJD dari Vaishali, Raghuvansh Prasad Singh, mengemukakan sebuah permintaan kuat di Lok Sabha tahun lalu untuk membawa artefak tersebut kembali ke tempat asalnya.

Setelah permasalahan tersebut mengemuka di Lok Sabha, sebuah tim dari para petugas ASI terdiri dari PK Mishra Kepala Kebijakan Warisan Budaya di Kolkata, dan GS Khwaja, Kepala Epigrafi, Arab dan Persia di Nagpur, dikirim ke Afghanistan pada tanggal 2 Mei tahun ini untuk mempelajari inskripsi tersebut dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan asal dari mangkuk tersebut.

“Belakangan ini, dua pandangan yang salah besar tentang mangkuk yang disimpan di museum Kabul telah terungkap. Yang pertama (pandangan salah yang pertama) adalah tentang mangkuk tersebut tidak berasal dari masa Sang Buddha. Mangkuk tersebut dibuat pada abad keenam SM, ketika Buddha masih hidup, seperti yang secara jelas ditunjukkan oleh simbol swastika yang ditemukan di baris keenam dari inskripsi yang dibuat di atasnya. Baris terakhir ini adalah satu-satunya yang asli, garis yang pertama hingga kelima adalah superimposisi (penumpangan/penambahan di atas aslinya),” kata sumber ASI.

“Swastika mewakili dhamma chakra dalam Buddhisme Mahayana. Swastika ditorehkan sebagai tanda kebaikan di banyak vihara di negara-negara seperti Jepang, Korea dan Tiongkok, yang mengikuti Buddhisme Mahayana. Banyak teks-teks Buddhis juga dimulai dengan simbol ini,” kata Kailash Prasad, profesor studi Buddhis di Universitas Magadha, Gaya, dan anggota lembaga Mahabodhi Society India.

Mangkuk tersebut juga memiliki inskripsi yang ditulis dalam bahasa Persia menggunakan tulisan Arab, yang tidak ada dalam era Buddhis. Sumber ASI percaya bahwa inskirpsi ini dibuat setelah mangkuk tersebut dibawa ke Afghanistan.

“Memang benar bahwa inskripsi Persia tersebut tertulis di mangkuk tersebut tapi itu dilakukan setelah itu dibawa ke Kandahar. Bahkan, inskripsi Persia tersebut yang mencegah kerusakan pada mangkuk ketika Taliban menyerang museum beberapa tahun yang lalu,” kata sumber ASI.

Dalam penemuan lain oleh ASI, batu pasir putih telah terlihat di interior mangkuk tersebut, yang sebagian besar tetap tak tersentuh. Para ahli mengatakan batu pasir selalu jarang di wilayah Afghanistan, namun banyak ditemukan di India timur. Perkataan para ahli ini menunjukkan bahwa mangkuk tersebut awalnya dibuat di anak benua India dan setelahnya dibawa ke Afghanistan.

Beberapa ukiran kelopak bunga lotus yang tak tersentuh juga terlihat di bagian bawah mangkuk tersebut. Teori tersebut mendapatkan faktanya bahwa desain lengkungan di bagian bawah mangkuk tersebut, mirip dengan gaya arsitektur Mughal, yang ditumpangkan di atas ukiran kelopak lotus yang asli untuk memberikan warna Islamis pada mangkuk tersebut.

Berdasarkan teks-teks sejarah, Kanishka menguasai Magadha dan mengambil mangkuk tersebut dari Vaishali ke ibu kotanya Purushapura (era modern: Peshawar) sekitar abad ke-2 Masehi. Kemudian, Gandhara ditaklukkan oleh Yuezhi (Little Yue-tchi) bawah kekuasaan Kitolo, yang menentang agama Buddha, sekitar tahun 425-450. Para umat Buddha menyembunyikan mangkuk tersebut di Gandhara. Artefak itu tanpa diketahui tersimpan di makam Sultan Wais Baba (Mir Wais Hotak) di pinggiran Kandahar selama berabad-abad. Pada akhir 1980-an, selama perang sipil di Afghanistan, Presiden Najibullah mengambil mangkuk tersebut dan membawanya ke Museum Nasional Kabul.

Masyarakat Kushan membawa mangkuk Sang Buddha. Relief Gandhara dari abad ke-2.
Masyarakat Kushan membawa mangkuk Sang Buddha. Relief Gandhara dari abad ke-2. Foto: wikipedia.org

Tulisan-tulisan kuno telah memetakan perjalanan mangkuk tersebut dari Vaishali ke Kandahar melalui Peshawar. Serangkaian peziarah Tiongkok melaporkan melihat mangkuk tersebut antara abad ke-3 dan abad ke-9 Masehi.

Keaslian mangkuk tersebut berasal dari zaman Buddha juga dibuktikan dengan buku harian pengelana Hieun Tsang (nama Tionghoa Xuanzang), yang hidup antara tahun 602 dan 664. Peziarah pengelana Tiongkok lainnya yaitu Fa-Hien (atau Faxian), juga telah memberikan rincian secara jelas mengenai mangkuk tersebut, yang telah ia lihat di Peshawar tidak lama setelah 400 Masehi.

Mangkuk granit masif tersebut memiliki diameter sekitar 128 cm, tinggi 69 cm dan ketebalan 8 cm pada tepi-nya. Kedalaman mangkuk dari ukuran interior sekitar 69 cm. Sedikitnya diperlukan 12 orang untuk memindahkannya. Dengan ukuran seperti ini tidaklah mungkin seseorang dengan ukuran dan kemampuan normal bisa mengangkatnya. Namun, menurut kepercayaan Buddhis kuno, Sang Buddha memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari tubuh manusia biasa.

Menurut Y. M. Bhikkhu Shravasti Dhammika, dalam situs blog-nya, berpendapat bahwa kemungkinan mangkuk tersebut merupakan duplikat awal yang lebih besar bentuknya dari mangkuk asli Sang Buddha yang ditempatkan di sebuah vihara di Vesali untuk orang-orang mempersembahkan hasil panen pertama mereka, sebuah kebiasaan umum di India kuno dan yang bahkan bertahan di Sri Lanka dan di tempat lainnya sampai abad ke-19.

Penghormatan terhadap duplikat mangkuk Sang Buddha tersebut nampaknya telah dilakukan oleh masyarakat Buddhis dari Kekaisaran Kushan. Hal ini tercermin dalam peninggalan berupa beberapa relief dari Gandhara abad ke-2 Masehi yang menggambarkan keberadaan mangkuk tersebut.[Bhagavant, 15/8/14, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Arkeologi,India
Kata kunci:
Penulis: