Upaya Korsel Daftarkan Vihara Gunung ke UNESCO
Bhagavant.com,
Seoul, Korea Selatan – Korea Selatan meningkatkan upayanya untuk mendaftarkan vihara-vihara gunung tradisional sebagai situs Warisan Budaya Dunia UNESCO dengan mendirikan sebuah asosiasi baru untuk memfasilitasi dan mengawasi proses pendaftaran hingga tahun 2018.
Sangha Jogye dari Buddhisme Korea akan bergandengan tangan dengan berbagai pihak termasuk Administrasi Warisan Budaya Korea dan 12 organisasi regional, untuk membentuk sebuah komite bersama untuk proyek pendaftaran tersebut dengan menandatangani sebuah nota kesepahaman pada 6 Agustus 2014.
Vihara-vihara tradisional Korea yang saat ini terdaftar pada daftar sementara situs Warisan Dunia UNESCO adalah Vihara Magok (Magoksa) di Gongju, Vihara Beopju (Beopjusa) di Boeun, Vihara Tongdo (Tongdosa) di Yangsan, Vihara Buseok (Buseoksa) di Yeongju, Vihara Bongjeong (Bongjeongsa) di Andong, Vihara Daeheung (Daeheungsa) di Haenam dan Vihara Seonam (Seonamsa) di Suncheon.
Langkah pertama untuk mendaftarkan vihara-vihara tersebut sebagai situs Warisan Dunia dimulai dengan upaya awal oleh Korea Brand Association pada tahun 2011. Setelah mengevaluasi 45 vihara tradisional negara tersebut, Administrasi Warisan Budaya Korea memilih tujuh vihara untuk didaftarkan pada daftar sementara UNESCO pada bulan Desember 2013.
Meskipun Vihara Bulguk dan Haein sudah diakui sebagai situs Warisan Dunia UNESCO, inisiatif baru-baru ini menandai upaya pertama Korea Selatan dalam mendaftarkan beberapa vihara sebagai satu kelompok situs warisan.
Tujuh vihara dalam daftar tersebut berbagi persamaan dan kualitas yang unik bagi Korea. Semua vihara tersebut dibangun di sekitar masa era Silla Bersatu (668-935), dan semuanya melestarikan gaya arsitektur kuno dan struktur tradisional yang dibentuk selama era kuno. Berbagai pagoda, rupaka Buddha, lukisan dan artefak telah terawetkan di dalam vihara.
Terletak di pegunungan, vihara-vihara tersebut juga dikenal karena kedekatan khusus mereka dengan alam. Tidak seperti vihara di Tiongkok atau Jepang, vihara Korea tidak memiliki dinding pembatas dan dikenal karena berbaur dengan baik dengan pemandangan alam sekitarnya, yang sebagian besar tetap tak terjamah.
“Vihara gunung Korea dikenal karena berbaur harmonis dengan alam. Lanskap, manusia dan vihara bersama-sama membentuk hubungan yang stabil, “kata Kim Jin-sub, seorang peneliti di Departemen Kebudayaan di Kantor Pusat Sangha Jogye, seperti yang dikutip dari The Korea Herald, Rabu (27/7/2014).
“Vihara-vihara gunung ini benar-benar wujud esensi dari Buddhisme Korea, yang mencakup unsur-unsur dari Buddhisme India, Tiongkok dan Asia Tenggara, namun mewakili karakteristik filosofi unik Korea,” kata Y. M. Bhiksu Hye-il, kepala departemen tersebut.
Selama beberapa tahun ke depan, organisasi gabungan yang baru diresmikan tersebut akan bertugas memfasilitasi komunikasi antara berbagai pelaksana dan melaksanakan prosedur yang diperlukan menjelang proses pendaftaran. Asosiasi tersebut akan mengadakan simposium akademik di Korea dan melakukan penelitian lebih lanjut dalam persiapan untuk pemeriksaan di tempat oleh UNESCO, hingga registrasi akhir selesai pada Juni 2018.[Bhagavant, 1/8/14, Sum]
Kategori: Arkeologi,Korea Selatan,Seni dan Budaya
Kata kunci: Situs Warisan Dunia
Penulis: