Penerapan Baru Warna Jubah Bhikkhu Dhammayuttika Thailand

Bhagavant.com,
Bangkok, Thailand – Baru-baru ini Dhammayuttika Nikaya (Thammayut Nikaya), salah satu tradisi Buddhisme Theravada di Thailand mengumumkan penerapan baru mengenai warna jubah para bhikkhu yang berada dalam naungannya. Ini berarti penerapan tersebut juga membawa dampak bagi jubah para bhikkhu dari tradisi Hutan yang memiliki hubungan dengan Dhammayuttika Thailand.

Jubah Bhikkhu
Jubah Bhikkhu

Somdet Phra Wannarat, pengganti sementara ketua tradisi Dhammayuttika, pekan lalu menandatangani pengumuman mengenai praktik baru yang perlu diikuti oleh para bhikkhu Dhammayuttika.

Para bhikkhu Dhammayuttika harus mengenakan jubah berwarna jingga yang lebih tedang, corak warna yang biasanya dipakai untuk upacara kerajaan. Dikatakan corak warna tersebut tidak terlalu kuning dan tidak terlalu gelap.

Peraturan tersebut bertujuan untuk menyelaraskan warna jubah yang dikenakan oleh para bhikkhu di berbagai tradisi Buddhisme, dan penyesuaian tersebut diharapkan dipatuhi secara nasional pada 13 Mei 2014, saat Hari Vesak Nasional di Thailand.

Pengumuman tersebut memicu diskusi di antara para bhikkhu hutan yang memakai jubah kaen khanoon (khnun) berwarna coklat gelap, yang secara tradisional diwarnai oleh pewarna alami yang terbuat dari pohon nangka (khnun)

Bagian dari gaya hidup para bhikkhu hutan adalah belajar bagaimana untuk membuat dan mewarnai jubah mereka sendiri.

Seperti yang dilansir Bangkok Post Online, Senin (17/2/2014), Phra Dhamthitiyan (Srichan) dari Bueng Phra Lan Chai di Roi Et dan juga ketua Wilayah 10 dari tradisi Dhammayuttika, mengatakan bahwa para bhikkhu hutan dapat terus mengikuti tradisi dan memakai warna coklat tua.

Phra Dhamthitiyan telah berkonsultasi dengan Somdet Phra Wannarat sebelum mengeluarkan pengumuman tersebut dan ia diberitahukan bahwa penyesuaian tersebut bersifat sukarela.

Beberapa bhikku senior dalam tradisi Dhammayuttika mengatakan bahwa para bhikkhu hutan dapat terus memakai warna coklat mereka sendiri jika mereka berada di vihara hutan mereka, tetapi jika mereka pergi ke kota, atau menghadiri upacara, mereka perlu memakai warna yang diminta, demikian berdasarkan laporan media Thailand.

Para bhikkhu hutan. Foto: Forestdhamma.org
Para bhikkhu hutan. Foto: Forestdhamma.org

Sawat Anothai, dekan fakultas agama dan filsafat di Universitas St. John, mengatakan bahwa ada dua jenis bhikkhu – satu kelompok hidup di masyarakat dan biasanya memakai jubah kuning atau safron dan bhikkhu yang lainnya hidup di vihara-vihara hutan dimana mereka memakai jubah berwarna coklat. Ia mengatakan bahwa para bhikkhu hutan duduk dan bermeditasi di bawah pohon-pohon dan jubah mereka berbaur serta warnanya juga membantu melindungi mereka dari gigitan serangga.

Anothai mengatakan bahwa warna coklat jubah kaen khanoon adalah warna yang disebutkan secara benar di dalam Vinaya Pitaka, yang ditetapkan bagi praktik seorang bhikkhu.

Jubah yang diproduksi secara komesial biasanya memiliki corak warna yang berbeda, bukan warna coklat tua kaen khanoon, tetapi para bhikkhu yang menerima jubah dari persembahan umat awam harus memakai apapun warna yang mereka berikan, demikian kata Anothai.

Terdapat dua tradisi Buddhisme Theravada di Thailand, yaitu Dhammayuttika Nikaya dan Maha Nikaya. Keduanya memiliki tradisi Vihara Hutan masing-masing. Penerapan praktik warna jubah kali ini hanya berlaku bagi tradisi Hutan Dhammayuttika Nikaya.[Bhagavant, 21/2/14, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Asia Tenggara,Thailand,Tradisi dan Budaya
Kata kunci:
Penulis: