Tipitaka Terbesar di Dunia Masuk Memori Dunia UNSECO
Bhagavant.com,
Rangoon, Birma – Maha Lawkamarazein (Mahā Lokamārajina), Kitab Tipitaka terbesar di dunia diakui dan masuk dalam Daftar Memori Dunia Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), pada Rabu 19 Juni 2013 yang lalu.
Setelah dievaluasi dan direkomendasikan oleh Komite Konsultasi Internasional program Memori Dunia yang mengadakan pertemuan di Gwangju, Korea Selatan pada 18-21 Juni 2013, Maha Lawkamarazein masuk dalam Daftar Memori Dunia tahun 2013 bersama dengan 53 benda lainnya dari berbagai negara dari 84 petisi yang diajukan oleh 54 negara.
Berdasarkan situs resmi UNESCO, Maha Lawkamarazein diajukan dan dinominasikan oleh Departemen Arkeologi Museum dan Perpustakaan Nasional (DANML) Kementerian Kebudayaan Birma pada tahun 2012.
Maha Lawkamarazein yang juga dikenal dengan prasasti Kuthodaw yang berada di Stupa Kuthodaw di kaki Bukit Mandalay, Birma (Myanmar), merupakan prasasti yang terdiri dari 729 lempeng batu yang dibuat pada masa pemerintahan Raja Mindon dari Dinasti Konbaung yang merupakan raja Birma kedua terakhir dari tahun 1853-1878.
Dalam formulir pengajuan nominasi, DANML menjelaskan bahwa Maha Lawkamarazein yang juga merupakan “Buku Terbesar di Dunia” tersebut, di dalamnya terpahatkan secara lengkap isi Kitab Tipitaka Pali, kitab yang digunakan oleh Buddhisme Theravada. Prasasti yang pada awalnya ditulis dengan tinta emas tersebut dibangun dan dikerjakan oleh para bhikkhu dan banyak pengrajin yang terampil. Pembangunan dimulai pada tahun 1860 dan memakan waktu sekitar hampir 8 tahun untuk menyelesaikan karya tersebut. Seluruh prasasti selesai dibuat dan dibuka untuk umum pada 4 Mei 1868.
Tepatnya membutuhkan 7 tahun 6 bulan dan 14 hari untuk menyelesaikan menggoreskan teks-teks Tipitaka pada 729 lempeng batu tersebut. Dengan cara memahat, diperlukan seharian bagi setiap juru tulis untuk menyelesaikan 10 hingga 12 goresan garis. Teks-teks tersebut telah secara cermat disunting oleh banyak bhikkhu senior dan para pejabat awam dengan mengacu pada Tipitaka yang tersimpan di perpustakaan kerajaan yang berbentuk manuskrip daun palem dan isinya diakui oleh Pesamuhan Agung Ke-5 yang diadakan pada 1871.
Prasasti batu berjumlah 729 yang memuat Kitab Tipitaka berbahasa Pali dalam aksara Birma tersebut, terdiri dari 111 lempeng berisi Vinaya Pitaka, 410 lempeng berisi Sutta Pitaka, dan 208 lempeng berisi Abhidhamma Pitaka. Masing-masing lempengan marmer berukuran tinggi 167,64 cm, lebar 106,68 cm, dan tebal 15,24 cm, dengan dua sisi yang dituliskan. Dan masing-masing di atur dalam barisan yang rapi dalam tiga barisan rangkap, 42 buah pada barisan rangkap pertama, 168 buah pada lapisan rangkap kedua, dan 519 buah pada lapisan rangkap ketiga (terluar). Kini masing-masing lempengan tersebut berada di dalam stupa-stupa putih.
Satu buah lagi prasasti marmer yang berada di sudut tenggara pada barisan rangkap pertama, yang isinya mencatat mengenai bagaimana semuanya ini terbentuk, menjadikan prasasti tersebut secara keseluruhan berjumlah 730 buah.
Selain berisi Tipitaka secara lengkap, prasasti tersebut juga berisi beberapa karya Buddhis lain seperti Milinda Panha, Nettipakarana, dan Petakopadesa.
Selain Maha Lawkamarazein, kepustakaan Buddhis lainnya yang masuk dalam Daftar Memori Dunia pada tahun 2013 ini adalah Vimalaprabhā (laghukālacakratantrarājatikā) – teks komentar Kālacakra dari Buddhisme Mahayana tradisi Vajrayana/Tantra (abad ke-10-15) dinominasikan oleh India, Kanjur (Kangyur) bertatahkan 9 batu mulia – Kitab Buddhis Tibet (abad ke-19) dinominasikan oleh Mongolia, Tanjur (Tengyur) Mongolia – kitab komentar Tibet (abad ke-18) dinominasikan oleh Mongolia, Tripitaka Koreana – Tripitaka versi Korea dalam blok-blok cetak kayu (abad ke-11) dinominasikan oleh Korea Selatan.
Meskipun tidak membahas mengenai ajaran Buddha secara terperinci namun masih bernafaskan Buddhis, Nāgarakrĕtāgama atau Desawarnana (1365) karya Mpu Prapanca yang mengisahkan kehidupan masyarakat Kerajaan Majapahit yang berkeyakinan Shiva-Buddha dan mengusung istilah ”Pancasila Buddhis” yang menjadi akar Pancasila Negara Kesatuan Republik Indonesia, juga masuk dalam Daftar Memori Dunia 2013 dengan Indonesia sebagai pengaju nominasi.[Bhagavant, 4/7/13, Sum]
Kategori: Arkeologi,Birma
Kata kunci: Tipitaka Pali
Penulis: