Seremonial

Pesan Waisak 2556 EB / 2012 STI

Sangha theravada IndonesiaBhagavant.com,
Jakarta, Indonesia – Dewasa ini kejujuran merupakan sebuah perilaku yang menjadi suatu hal yang langka namun merupakan sikap moral bagi tingkah laku, tutur kata, bahkan pemikiran yang sangat diperlukan untuk menyelesaikan berbagai masalah. Untuk itu dalam pesan Waisak 2556 Era Buddhis (EB) atau Tahun Buddhis (TB), Saṅgha Theravāda Indonesia (STI) mengusung tema “Kebijaksanaan Tonggak Kejujuran”.

STI memaparkan bahwa dua unsur dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan, yaitu pandangan benar dan pikiran benar sebagai dasar bagi timbulnya kejujuran. Dan pengertian karma sebagai sebab-akibat perbuatan merupakan salah satu bentuk dari pandangan benar. STI juga mengajak umat Buddha untuk mengembangkan kebijaksanaan Dhamma ajaran Buddha, yang merupakan tonggak bagi penegakan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Berikut Pesan Waisak 2556 EB / 2012 Saṅgha Theravāda Indonesia.

PESAN WAISAK 2556 TB / 2012

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa

Na attahetu na parassa hetu, Na puttamicche na dhanaṃ na raṭṭhaṃ
Na iccheyya adhammena samiddhimattano, Sa sīlavā paññavā dhammiko siyā.
(Dhammapada 84)

Tidak untuk kepentingan diri sendiri ataupun kepentingan orang lain,
tidak menginginkan keturunan, kekayaan, kedudukan, maupun kemuliaan dengan cara salah;
demikianlah orang hidup sesuai kebenaran menggunakan kebijaksanaan dan berperilaku baik.

Hari Raya Trisuci Waisak, memperingati tiga peristiwa yang terjadi pada saat purnamasidi di bulan Waisak. Peristiwa suci kelahiran Pangeran Siddhattha Gotama pada tahun 623 s.M. di Taman Lumbini, India Utara; peristiwa suci pencerahan ke-Buddha-an Pertapa Siddhattha Gotama pada tahun 588 s.M. di Bodhgaya; dan peristiwa suci parinibbana atau mangkatnya Buddha Gotama pada tahun 543 s.M. di Kusinara. Marilah kita mengagungkan tiga peristiwa suci itu dengan cara memahami, menerapkan, dan menghayati kebenaran Dhamma ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari.

Kebijaksanaan Tonggak Kejujuran, demikian tema Peringatan Waisak 2556 TB / 2012 Sangha Theravada Indonesia. Di tengah-tengah kehidupan dewasa ini, kejujuran merupakan sikap moral bagi tingkah laku, tutur kata, bahkan pemikiran yang sangat diperlukan untuk menyelesaikan berbagai masalah. Dasar setiap upaya menjadi pribadi yang kuat secara moral adalah kejujuran. Tanpa kejujuran, manusia tidak dapat berani menjadi diri sendiri, tidak jujur berarti tidak seia-sekata dan itu berarti manusia belum sanggup untuk mengambil sikap yang lurus. Sikap lurus inilah yang menjadikan apapun yang kita lakukan akan tampak tulus hati disertai dengan kesungguhan yang berasal dari lubuk hati yang paling dalam. Kejujuran bagi kehidupan masyarakat akan menumbuhkan sikap saling percaya yang sangat diperlukan bagi relasi sosial. Kepercayaan itulah yang akan membantu kehidupan sosial tumbuh, dalam bingkai persatuan kesatuan, saling tolong menolong untuk meraih cita-cita keadilan sosial dan kebahagiaan sosial.

Kejujuran merupakan dasar pijakan bagi suatu kebenaran yang sungguh-sungguh, bukan kebenaran yang merupakan rekayasa rasionalisasi. Seringkali pembenaran suatu hal akan mengaburkan kenyataan yang sesungguhnya. Padahal kebenaran nyata itu merupakan suatu realita yang diperlukan, bagi upaya untuk menyelesaikan permasalahan hidup ini. Apabila kelebihan dan kekurangan hidup ini dapat diketahui dengan jelas, maka seseorang akan tahu diri dalam arti yang sebenarnya, ia memiliki kemampuan melihat diri sesuai dengan kenyataannya, dan tentunya akan menentukan pilihan tindakan yang tepat pula.

Kejujuran apabila dipadukan dengan sikap malu berbuat buruk dan takut akan akibat keburukan, akan merupakan dasar pijakan bagi kemandirian moral dan keberanian moral. Tidak pernah ikut-ikutan begitu saja dalam pelbagai pendapat, sebab ia memiliki pandangan benar sesuai Dhamma ajaran Buddha, itulah kemandirian moral. Tekad untuk mengikuti pandangan benar sesuai Dhamma ajaran Buddha adalah keberanian moral. Keberanian moral membutuhkan sikap rela berkorban demi mempertahankan kebenaran sesuai Dhamma ajaran Buddha itu. Tentu pengorbanan demikian tidaklah sia-sia, karena mempertahankan kebenaran sama halnya dengan menumbuhkan kemajuan dan kejayaan, bukan sebaliknya menimbulkan kemerosotan dan kehancuran.

Bagaimana kejujuran dapat ditegakkan? Pandangan benar dan pikiran benar sebagai dasar bagi timbulnya kejujuran. Pengertian karma sebagai sebab-akibat perbuatan merupakan salah satu pandangan benar. Buddha mengatakan sesuai dengan benih yang telah ditabur, begitulah buah yang akan dipetiknya. Ia yang berbuat baik akan menerima kebaikan, dan ia yang berbuat buruk akan menerima keburukan. Pandangan tersebut akan memperkuat pengendalian diri, untuk tidak melakukan keburukan, atas dasar pengertian bahwa kita akan memetik hasil akibat dari perbuatan buruk itu, sebaliknya sangatlah perlu melakukan kebaikan berulang-ulang, karena suatu saat kita akan memetik hasil akibat kebaikan tersebut. Selain hal itu ia yang meyakini pandangan sebab-akibat perbuatan tidak akan mengabaikan pertimbangan antara baik dan buruk, sebab ia tidak terjerat pada keserakahan dan keangkuhan terhadap harta kekayaan serta kuasa jabatan. Bahkan ia memandang kebaikan sebagai hal terpenting untuk dihargai. Pandangan karma juga akan mencegah keputus-asaan dan kepasrahan terhadap nasib, sedangkan perjuangan melakukan hal terbaik adalah peluang yang selalu ada. Jadi pandangan benar terhadap karma akan menimbulkan pengendalian diri, penghargaan terhadap kebaikan, serta perjuangan hidup terbaik. Lain hal dengan pikiran benar yang merupakan pikiran jauh dari mementingkan diri sendiri, tidak berniat buruk, bahkan tiada-kekerasan. Ia yang memiliki pandangan benar dan pikiran benar tersebut adalah orang yang mengembangkan kebijaksanaan Dhamma ajaran Buddha. Pandangan benar dan pikiran benar akan memotivasi hidup kita dalam kebaikan. Kejujuran adalah salah satu bentuk kebaikan itu.

Marilah kita mengembangkan kebijaksanaan Dhamma ajaran Buddha, yang merupakan tonggak bagi penegakan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk memenuhi keperluan diri sendiri maupun keperluan orang lain atau masyarakat, demi cita-cita memperoleh anak keturunan, harta kekayaan, kuasa kedudukan, bahkan luhur kemuliaan. Kejujuran tingkah laku, tutur kata, dan pemikiran adalah cara yang benar untuk meraih cita-cita tersebut. Itulah hidup sesuai kebenaran untuk memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan, dan kebebasan akhir Nibbana.

Selamat Hari Raya Waisak 2556 TB / 2012, semoga berkah Waisak melimpah pada kita semua, hidup berbahagia, bebas dari derita lahir maupun batin.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, selalu melindungi.

Kota Mungkid, 6 Mei 2012

SANGHA THERAVĀDA INDONESIA

ttd.

Bhikkhu Jotidhammo, Mahāthera

Ketua Umum / Sanghanāyaka

Rekomendasikan:

Kategori: Seremonial
Kata kunci: , , ,
Penulis:
REKOMENDASIKAN BERITA INI: