Daya Tarik India Bagi Buddhis Buryatia
Bhagavant.com,
Buryatia, Rusia – Setelah runtuhnya komunis di Rusia, geliat keagamaan di negara berbentuk federasi tersebut semakin meningkat, termasuk kebangkitan agama Buddha atau Buddhisme, khususnya di Buryatia, negara subjek federal Rusia.
Kebangkitan kembali agama Buddha di Rusia menjadikan India dipandang sebagai sebuah inspirasi bagi warga Buryatia untuk kembali mempraktikkan Buddhisme. Para siswa dari Buryatia mempelajari Buddhisme di universitas-universitas keviharaan tradisi Tibet dan membawa pengetahuan mereka kembali ke tanah air mereka.
Seperti yang dilaporkan oleh Ajay Kamalakaran khusus untuk Russia India Report (31/1), di antara para bhiksu yang berkunjung ke situs-situs penting Buddhis terdapat peningkatan jumlah dari mereka yang berbahasa Rusia yang dapat dengan mudah berbaur dalam anggota komunitas dari Asia Timur. Orang-orang Rusia tersebut adalah warga Buryatia, sebuah kelompok etnis yang terkait erat dengan bangsa Mongolia dan mendiami negara Republik Buryatia, sebuah wilayah Lintas Siberia yang berukuran satu setengah kali lebih besar dari Inggris Raya.
India yang merupakan tempat kelahiran agama Buddha, kini menjadi sebuah inspirasi bagi warga Buryatia yang mencari untuk kembali memeluk dan mempraktikkan ajaran Buddha. Pada awal tahun baru, ratusan bhiksu asal Buryatia berkunjung ke Bodh Gaya di Bihar, India, untuk melakukan tradisi “Kalachakra” (roda waktu – ed), sebuah puja bakti berskala besar untuk perdamaian dunia yang dilaksanakan oleh pemimpin spiritual Tibet dan pemenang Penghargaan Nobel Perdamaian, Dalai Lama XIV. Kotbah yang diberikan oleh Dalai lama disampaikan dalam bahasa Tibet, tapi alat penerjemah menerjemahkannya dalam berberapa bahasa termasuk bahasa Rusia.
Di antara 1300 Buddhis Rusia yang datang ke India untuk sebuah ziarah pada masa “Kalachakra” tersebut, seorang dokter senior berusia 61 tahun bernama Tamara Sodnomova dari kota Ulan-Ude, merasa terpenuhi dengan apa yang ia alami di sana.
“Saya bertemu dengan sesuatu yang begitu mendalam yang membutuhkan beberapa waktu untuk benar-benar memahami maknanya,” kata dokter Sodnomova. “Meskipun secara tradisi warga Buryatia adalah umat Buddha, banyak hal yang hilang selama 70 tahun rezim Komunis, dan tidak banyak dari kami yang benar-benar tahu apa sebenarnya Buddhisme itu…Dengan menghadiri pengajaran-pengajaran seperti itu, kita terinspirasi untuk mempelajari filsafat yang mendalam dari Buddhisme, dan belajar bagaimana untuk menerapkan prinsip-prinsipnya dalam kehidupan kita sehari-hari.”
Sementara terjadi peningkatan jumlah warga Buryatia yang mengunjungi India dalam perjalanan ziarah, ada beberapa siswa Buddhis yang datang dan tinggal di India untuk waktu yang lama di universitas keviharaan. Beberapa vihara tradisi Tibet telah pindah ke Karnataka, daerah selatan India. Di Karnataka inilah dimana dua orang siswa warga Buryatia mendapatkan gelar “Geshe”, sebuah gelar akademik Buddhis tradisi Tibet yang setara dengan gelar PhD.
Kurikulum yang ketat dalam bahasa Tibet terdiri dari menghafal teks-teks kuno dan ritual debat dan dapat mengambil waktu antara 12 sampai 20 tahun hingga mendapatkan gelar “Geshe”. Para bhiksu dari Buryatia tersebut mendapatkan gelar kedoktorannya setelah melakukan studi dan penelitian secara ketat lebih dari 16 tahun. Para bhiksu tersebut merupakan warga Buryatia pertama yang mendapatkan gelar tersebut setelah jeda waktu lebih dari seratus tahun semenjak pemerintah Soviet tidak menyukai agama.
Darima Daribazaron, seorang wanita etnis Buryatia yang bekerja untuk sebuah perusahaan perangkat lunak di Bangalore, menghadiri baik puja bakti “Kalachacra” dan pertemuan para bhiksu tersebut.
“Saya sangat senang saya dapat berpartisipasi dalam seremoni ini,” kata Daribazaron yang merupakan seorang Buddhis praktisi. “Saya berharap akan ada lebih banyak lagi bhiksu terpelajar yang akan membawa pengetahuan mereka kembali pulang, dan semangat Nalanda (sebuah universitas Buddhis kuno) akan berlanjut di stepa terpencil di Buryatia, ribuan mil dari kerajaan kuno Magadha di dataran panas India utara,” katanya.
Para siswa Buryatia yang ingin belajar lebih banyak lagi mengenai agama Buddha akan segera memiliki pilihan lain di India. Sebuah konsorsium dipimpin oleh Singapura termasuk India, China dan Jepang, menghabiskan hampir 1 milyar Dolar Amerika Serikat untuk membangkitkan kembali Universitas Nalanda kuno. Nalanda, yang merupakan sebuah pusat pembelajaran dari abad ke-5 SM, sekarang akan menjadi universitas pascasarjana untuk penelitian dalam Buddhisme. Kebangkitan kembali institusi bersar ini kemungkinan akan meningkatkan pertukaran keagamaan dan budaya serta mempererat hubungan antara Buryatia dan India.
Agama Buddha tradisi Mahayana datang ke Buryatia dari India melalui Tibet dan Mongolia lebih dari 400 tahun yang lalu. Masyarakat Buryatia yang secara tradisional adalah penganut Shamanisme, memeluk prinsip-prinsip Buddhisme dan membangun beberapa vihara menjulang tinggi di stepa (dataran luas yang kering) Siberia. Ketika Buddhisme berkembang di Buryatia untuk lebih dari 200 tahun, para pemrakarsa Revolusi Bolshevik menekan secara keras setiap kegiatan keagamaan. Baru setelah Uni Republik Sosialis Soviet runtuh, Buddhisme mengalami kebangkitan kembali di wilayah-wilayah seperti Kalmykia, Tuva dan Buryatia.[Bhagavant.com, RIR, 8/2/12, Sum]
Kategori: Eropa,Rusia
Kata kunci: perkembangan Buddhisme
Penulis: