Bhiksuni Nepal Berlatih Kung Fu

Bhagavant.com,
Kathmandu, Nepal – Kebugaran fisik yang merupakan salah satu hasil yang didapatkan dari pelatihan seni bela diri dapat mendukung kegiatan rutinitas seseorang.

Bhiksuni Nepal Berlatih Kung Fu, Photograph: Simon De Trey-White/Eyevine
Bhiksuni Nepal Berlatih Kung Fu, Photograph: Simon De Trey-White/Eyevine

Sebuah vihara di dekat Kathmandu menjadi sebuah pusat perhatian karena baru-baru ini kepala vihara tersebut mengarahkan para bhiksuni di sana yang berjumlah 300 orang untuk melakukan latihan seni bela diri kung fu.

Nampaknya hal ini disambut baik dimana jumlah yang mendaftar untuk melakukan pelatihan seni bela diri tersebut meningkat dan para bhiksuni dari jauh seperti dari Himachal Pradesh di India ingin menjadi instruktur kung fu.

Vihara bhiksuni Druk Gawa Khilwa (DGK) dekat ibukota Nepal, mengajarkan para bhiksuninya menggabungkan antara seni bela diri dan meditasi sebagai sarana untuk pemberdayaan wanita muda.

“Sebagai seorang anak laki-laki muda yang besar di India dan Tibet, saya mengamati kondisi yang menyedihkan dimana para bhiksuni tinggal,” demikian kata Yang Mulia Gyalwang Drukpa, pimpinan spiritual Drukpa, seperti yang dilansir oleh The Guardian (26/9).

“Mereka dianggap sebagai kelas dua sementara semua keistimewaan berada pada para bhiksu,” lanjut beliau.

Pengenalan seni bela diri kung fu untuk para bhiksuni tersebut dimulai tiga tahun lalu saat setelah Gyalwang Drukpa mengunjungi Vietnam dan mengamati para pelaku seni bela diri wanita di sana.

“Kesejahteraan spiritual dan fisik adalah sama pentingnya untuk para bhiksuni kita,” katanya.

Bhiksuni Karuna, seorang bhiksuni muda dari Ladakh di bagian utara India, mengatakan bahwa kung fu telah memberikan para bhiksuni kepercayaan diri dan juga membantu dalam meditasi. “Kami menyukai kung fu,” katanya seraya mengganti jubah puja bakti merah tuanya dengan pakaian bela diri dengan ikat pinggang berwarna kuning cerah. “Sekarang kami tahu kami dapat membela diri sendiri. Kami juga memiliki kebugaran untuk menguncar meditasi mantra yang lama.”

Jigme Thubtem Palmo, wanita berusia 32 tahun, yang meninggalkan keluarga dan karirnya sebagai polisi di Kashmir enam tahun lalu untuk bergabung di vihara tersebut mengatakan bahwa sekarang para wanita muda di wilayah tersebut lebih tertarik menjadi bhiksuni dari pada sebelumnya. “Kami akan segera membangun fasilitas untuk 500 bhiksuni,” katanya.

Pada pertemuan tahunan dewan Drukpa ketiga di Ladakh baru-baru ini, para bhiksuni dari DGK tersebut membuat penonton terkesima dengan pertunjukkan seni bela diri yang penuh ragam.

“Kung fu adalah latihan yang sangat baik, baik untuk kedisiplinan, konsentrasi dan kepercayaan diri,” kata Jetsunma Tenzin Palmo, seorang mantan pustakawati di Sekolah Studi Oriental dan Afrika di London. Ia juga mengatakan bahwa ia akan memperkenalkan kung fu di vihara bhiksuni yang ia dirikan di negara bagian India, Himachal Pradesh.

Istilah kung fu atau gongfu sendiri berarti keahlian seseorang dalam suatu kemampuan yang diraih melalui latihan dan kerja keras. Seorang yang memiliki kemampuan mengajar dan menjadi ahli mengajar, maka ia dapat dikatakan juga memiliki kung fu. Jadi berdasarkan pengertian asalnya, kung fu tidaklah mengacu pada salah satu seni bela diri tertentu.

Istilah kung fu yang mengacu pada seni bela diri asal China baru muncul pada abad ke-20, dan menjadi populer pada tahun 1960 saat film Hongkong yang diperankan oleh Bruce Lee beredar. Perfilman di dunia barat juga ikut memposisikan istilah kung fu sebagai seni bela diri asal China seperti film animasi Kung Fu Panda.[Bhagavant, 29/9/11, Sum]

 

Rekomendasikan:

Kategori: Asia Selatan,Gender,Nepal,Wanita Buddhis
Kata kunci:
Penulis: