Konferensi Hari Vesak PBB Ke-8 di Thailand

Bhagavant.com,
Bangkok, Thailand – Sekitar 1.700 orang dari 85 negara berpartisipasi dalam Konferensi Hari Vesak Perserikatan Bangsa-Bangsa Ke-8 (The 8th Conference of the United Nations Day of Vesak – CUNDV) di Bangkok yang telah berlangsung pada 12-14 Mei 2011 dalam rangka perayaan Hari Vesak Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011.

Konferensi Hari Vesak Perserikatan Bangsa-Bangsa Ke-8.
Konferensi Hari Vesak Perserikatan Bangsa-Bangsa Ke-8. Foto: undv.org

Bersamaan dengan perayaan Ulang Tahun ke-84 Raja Thailand, Y.M. Raja Bhumibol Adulyadej, konferensi Buddhis tersebut diselenggarakan oleh dan bertempat di Universitas Mahachulalongkornrajavidyalaya, Bangkok, Thailand.

Konferensi dibuka secara resmi oleh Yang Mulia Putra Mahkota Maha Vajiralongkorn Sayammakutratchakuman yang diwakili oleh istrinya, Yang Mulia Putri Srirasmi. Kemudian diikuti oleh kata sambutan dari Rektor MCU, Y.M. Phra Dhammakosajarn.

Dengan pembicara kunci, Profesor Lewis Lancaster dari Universitas California, seorang pakar teks-teks kitab Buddhis serta pakar perkuliahan di dunia cyber (internet – red), konferensi ini mengambil tema: Kemoralan Buddhis Dalam Pembangunan Sosial-Ekonomi (Buddhist Virtues in Socio-Economic Development).

Konferensi tersebut membicarakan mengenai topik: Kemoralan Buddhis dalam Pembangunan Sosial-Ekonomi (di Thailand), Kepemimpinan Buddhis dan Pembangunan Sosial-Ekonomi, Membangun Sebuah Masyarakat yang Harmonis, Pelestarian dan Restorasi Lingkungan Hidup, Kebijaksanaan untuk Kebangkitan Masyarakat, dan Lokakarya Buku Umum Buddhis.

Delegasi negara-negara yang menghadiri konferensi tersebut di antaranya adalah, Thailand sebagai tuan rumah, Kamboja, Birma, Sri Lanka, Vietnam, India, China, Taiwan, Jepang, Korea, Indonesia, Uganda, Rusia, Amerika Serikat, Inggris, dan lainnya.

Salah satu anggota delegasi dari Indonesia yang hadir dalam konferensi tersebut adalah Bapak Suryo Wardhoyo Prawiroatmodjo, seorang dosen tamu di Sekolah Tinggi Agama Buddha Kertarajasa, Batu, Jawa Timur.

Pada panel yang bertema Pelestarian dan Restorasi Lingkungan Hidup, Bpk. Suryo Wardhoyo Prawiroatmodjo mempresentasikan sebuah makalah yang berjudul “Penerapan Prinsip-Prinsip Buddhis untuk Meningkatkan Kualitas Lingkungan dan Kesejahteraan Umat Manusia” (Implementation of Buddhist Principles for Improving Environmental Quality and Humanity’s Welfare).

Salah satu kesimpulan dari makalah yang ia sampaikan adalah integrasi antara ajaran Dhamma dengan pengetahuan akan lingkungan hidup dan ekologi akan membuat seseorang memiliki pemahaman yang benar yang menuntunnya pada jalan yang sesuai dari penerapan ajaran Buddha dalam pelestarian dan restorasi lingkungan hidup. Dan pelatihan akan hal ini perlu dilakukan sesering mungkin.

Selain Bpk. Suryo Wardhoyo Prawiroatmodjo, hadir pula sebagai pembicara dalam panel bertema Kepemimpinan Buddhis dan Pembangunan Sosial-Ekonomi (Buddhist Leadership and Social and Economic Development) yaitu Ketua Majelis Buddhayana Indonesia, Bapak Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto yang mempresentasikan makalah yang berjudul Kesejahteraan Ekonomi Melalui Kesejahteraan Spiritual (Economic Welfare Through Spiritual Welfare).

Dalam makalahnya Bpk. Sudhamek menyimpulkan bahwa sebuah organisasi bisnis yang dikembangkan berbasis pada pendekatan spiritual dimana kesadaran akan ketergantungan yang positif menjadi prinsip dasarnya merupakan sebuah pilar penting dalam pembangunan bangsa dan peradaban manusia.

Sebagai pembicara kunci, dalam ceramahnya Profesor Lewis Lancaster menyampaikan bahwa dunia kita telah sangat berubah sejak masa Sang Buddha, oleh karenanya jika Dhamma seharusnya memiliki dampak bagi keberadaan manusia, maka harus ada penyesuaian dan penerapannya untuk pemecahan masalah. Kita harus menyadari perkembangan yang terjadi dari dunia di dalam masa-masanya, kita harus mengetahui permasalahannya sebelum menerapkan Dhamma secara benar, misalnya, peningkatan jumlah penduduk yang pada saat jumlah usia remaja lebih banyak dari usia kelompok kerja menyebabkan permasalahan distribusi pendapatan yang tidak adil yang mengarah pada ketidakseimbangan dimana kita harus menggunakan penerapan Dhamma untuk menciptakan keadilan bersama dengan prinsip-prinsip kebaikan dan belas kasih dalam rangka menciptakan kesetaraan dengan prinsip-prinsip Dhamma. Yang penting adalah penerapan komunikasi Dhamma yang menggunakan berbagai media yang berbeda, teknologi, komputer, dan internet dalam menyebarkan Tripitaka.

Sebagai tambahan, Profesor Lewis Lancaster juga membahas topik mengenai tantangan dalam penyebaran prinsip-prinsip Dhamma kepada orang-orang dalam masyarakat pada situasi sekarang ini yang dapat dikelompokkan menjadi 2 topik utama, yaitu:

  1. Bagaimana membuat orang-orang dalam masyarakat berpengetahuan luas dalam ajaran-ajaran Buddhisme (menginformasikan Buddhisme) secara lugas di mana visi dan inspirasi dibangun.
  2. Bagaimana menyalurkan ajaran melalui teknologi secara interaktif. Ajaran Sang Buddha sesuai untuk memecahkan permasalahan kemanusiaan, oleh karena itu, Buddhis harus dilengkapi dengan kebijaksanaan sebab pengetahuan untuk praktik tidaklah datang secara langsung kepada kita apalagi keterlibatan teknologi dan internet yang sangat berperan dan umat Buddha pada masa kita ini menerima penerapan ajaran dari berbagai sumber sebelum mempraktikkan jalan yang benar.

Konferensi secara resmi ditutup oleh Mentri Sains dan Teknologi Thailand, Virachai Virameteekul di Gedung Konferensi PBB di Bangkok, 14 Mei.

Pada tahun 1999 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan resolusi yang mengakui hari Vesak sebagai salah satu Hari Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Day of Vesak). Sejak itu, Thailand memimpin sebagai tuan rumah Konferensi Hari Vesak PBB yang dimulai pada 25 Mei 2004 di Auditorium Buddhamonthon, di propinsi Nakhon Pathom, Thailand.[Bhagavant, 15/5/11, Sum]

Untuk laporan foto dapat diakses: Media Center ICUNDV

Rekomendasikan:

Kategori: Asia Oseania,Asia Tenggara,Lingkungan Hidup,Seremonial,Thailand
Kata kunci: ,
Penulis: