Permasalahan Bhikkhu Gadungan di Thailand

Buddhisme di ThailandBangkok Post,
Bangkok, Thailand – Saat banyak orang asing berjubah safron benar-benar tertarik mempelajari agama, namun ada beberapa yang masuk ke Thailand secara ilegal untuk mengemis uang dari masyarakat.

Kehadiran lebih dari 300 orang Buddhis asing di sebuah vihara di Bangkok telah menimbulkan kekhawatiran bahwa beberapa dari mereka mungkin adalah para bhikkhu gadungan yang mengemis untuk uang dan mengeksploitasi orang-orang.

Para petugas dari Kantor Urusan Imigrasi, kantor polisi Thammasala, dan Lembaga Nasional Buddhisme telah memeriksa Vihara Talom di distrik Phasicharoen lebih awal pada 17 Maret lalu setelah beberapa keluhan bahwa ratusan bhikkhu asing mencari perlindungan di vihara tersebut.

Tim tersebut menemukan sekitar 300 orang bhikkhu dan samanera dari berbagai negara seperti Sri Lanka, India, Bangladesh , Kamboja dan Birma tinggal di tenda-tenda di halaman vihara tersebut.
Banyak di antara mereka yang masuk ke negara itu secara legal, beberapa membawa visa turis dan beberapa menggunakan visa pelajar asing.

Delapan orang dari mereka, termasuk enam bhikkhu asal Birma, dan satu bhikkhu etnis Mon dan satu samanera asal Kamboja gagal menunjukkan dokumen-dokumen perjalanan dan sertifikat penahbisan.
Kedelapannya telah dikeluarkan dari kebhikkhuan dan dibawa ke Kantor Urusan Imigrasi dengan tuduhan masuk secara ilegal.

Kol Pol Chartchai Iamsaeng, wakil komandan pusat investigasi Kantor Urusan Imigrasi, yang memimpin inspeksi tersebut, mengatakan bahwa beberapa anggota masyarakat telah mengeluhkan bahwa banyak bhikkhu, yang diperkirakan bukan berwarga negara Thailand, hidup di vihara tersebut dan beberapa di antaranya keluar pada sore hari untuk mengumpulkan dana, dimana hal ini bertentangan dengan ajaran Buddhis.

Phra Maha Boontheung Chutinatharo, kepala Vihara Talom, mengatakan bahwa para bhikkhu asing tersebut masuk ke negara itu secara legal untuk belajar dhamma dan beberapa ingin mengunjungi Thailand.

Banyak bhikkhu dari luar negeri ingin belajar di sana dimana Thailand dikenal dengan studi Buddhisme-nya. “Warga yang tinggal di dekat vihara mungkin tidak menyadari bahwa banyak bhikkhu yang tinggal di vihara tersebut merupakan bhikkhu-bhikkhu asing yang masuk ke negara itu untuk mempelajari ajaran Buddhis,” demikian kata kepala vihara tersebut.

“Para bhikkhu asing tersebut tidak memiliki kebiasaan yang sama dalam menyelesaikan pengumpulan dana pada pukul 10 pagi, seperti yang kita lakukan.”

Nopparat Benjawatananun, kepala Lembaga Nasional Buddhisme (LNB), mengatakan bahwa tahun lalu ada 1.057 bhikkhu asing yang meminta izin dari katornya untuk tinggal di kerajaan tersebut.

Sebagian besar dari Kamboja dengan jumlah 279 orang, diikuti dengan Bangladesh 264 orang, Nepal 131 orang, birma, 104 orang, Laos, 46 orang, Malaysia 33 orang, Vietnam 29 orang, Amerika Serikat, 23 orang, dan Indonesia 18 orang. Sisanya berasal dari negara lainnya, demikian katanya.

Reputasi Thailand sebagai sebuah surga bagi studi Buddhis telah membuka jalan bagi beberapa kelompok untuk masuk ke negara itu dengan kedok sebagai bhikkhu asing, kata kepala LNB tersebut.
Sebuah sumber mengatakan bahwa Singapura dan Malaysia juga bergulat dengan masalah bhikkhu-bhikkhu gadungan yang mengemis demi uang.

Nopparat mengatakan bahwa LNB tidak dapat mengontrol bhikkhu-bhikkhu asing yang tidak terdaftar di lembaganya.

Para bhikkhu gadungan memasuki negara itu menggunakan visa turis.

LNB tidak mengetahui berapa banyak bhikkhu asing yang telah masuk ke negara tersebut. Orang-orang asing ingin belajar di Universitas Mahachulalongkornrajavidyalaya atau Universitas Buddhis Mahamakut langsung bisa meminta izin dari kedua universitas Buddhis tersebut.

Nopparat mengatakan bahwa ia akan mengundang para perwakilan dari dua universitas tersebut untuk mendiskusikan pendaftaran para bhikkhu asing tersebut dengan lembaganya untuk memastikan control yang lebih baik.

Kai (bukan nama asli), 40 tahun, yang tinggal di dekat Vihara Wat Talom, mengatakan bahwa sebagian besar bhikkhu asing telah meninggalkan vihara tersebut menyusul adanya laporan berita mengenai kehadiran mereka.

Namun, ia percaya bahwa beberapa bhikkhu tersebut tetap tinggal di negara itu, mengemis demi uang.

Ia mengatakan bahwa mereka mungkin akan kembali ke vihara tersebut setelah berita mengenai mereka memudar.

“Permasalahan ini dimulai sekitar 10 tahun yang lalu saat penggantian kepala vihara ,” demikian katanya.

Boonchai Chuecharnwong, seorang usahawan di daerah Bang Bua Thong, mengecam mereka yang menggunakan jubah safran untuk mengeksploitasi Buddhisme.

Patroli Polisi Keviharaan Kota
Banyak orang mengetahui pemerintah kota bertanggung jawab untuk memastikan keselamatan warga Bangkok. Adalah para inspektur kota atau petugas thetsakit yang bertugas membantu polisi untuk menjaga kota.

Tapi hanya segelintir orang yang tahu mengenai polisi keviharaan yang bertugas menjaga Buddhisme.

Lembaga Nasional Buddhisme telah lama membentuk sekelompok petugas untuk memantau kegiatan yang menyimpang dari para bhikkhu di Bangkok dan propinsi disekitarnya.

Polisi keviharaan mencari para bhikkhu yang gagal untuk mentaati sumpah mereka atau terlibat dalam pelanggaran disiplin atau hukum dan melaporkan kesalahan mereka ke lembaga tersebut. Kemudian lembaga tersebut akan memberitahu polisi yang menangkap para bhikkhu tersebut, demikian kata Udom Songkhajorn, salah seorang petugas lembaga.

Ada sekitar 15 petugas polisi keviharaan di Bangkok. Para petugas tersebut dibagi menjadi empat kelompok.

Tugas dari polisi keviharaan mirip dengan para petugas thetsakit dimana mereka tidak memiliki wewenang untuk melakukan penangkapan. Mereka hanya menyampaikan informasi sebagai “peniup peluit” (pelapor – ed).

Para bhikkhu yang dituduh melanggar ajaran Buddhis atau terlibat dalam pelanggaran akan diinvestigasi oleh sebuah majelis para bhikkhu. Jika ada sebuah dasar atas tuduhan tersebut, maka bhikkhu tersebut akan dikeluarkan dari kebhikkhuan.

Udom mengatakan bahwa kasus terhadap para bhikkhu yang menyimpang di berbagai propinsi akan ditangani oleh kantor Buddhisme propinsi.[Bangkok Post, 26/3/11, tr: Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Asia Oseania,Asia Selatan,Asia Tenggara,Thailand
Kata kunci: , ,
Penulis: