Asia Oseania » Asia Tenggara » Indonesia » Kesenian » Seni dan Budaya

Angin, Film Buddhis Masuk Nominasi FFI 2010

Seni dan Kebudayaan BuddhisBhagavant.com,
Batam, Indonesia – Sebuah film bernuansa Buddhis berjudul: Angin, masuk ke dalam Nominasi Film Pendek Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2010, demikian yang diumumkan oleh pihak Komite FFI 2010 pada 28 November di Batam, Kepulauan Riau (Kepri).

Secara mandiri film pendek tersebut digarap oleh empat orang mahasiswa Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (FFTV-IKJ), yaitu: Winaldo Artaraya Swastia sebagai sutradara, Ritvima Defynta Arliccan sebagai produser, Akbar Maraputra sebagai penulis skenario, dan Rendy Rachmat Sanjaya sebagai penata suara.

Film Angin, awalnya merupakan film yang dibuat sebagai tugas akhir keempat mahasiswa tersebut yang kemudian akhirnya dimasukkan ke dalam ajang FFI 2010.

“Berangkat dari beberapa hal, yaitu pendalaman saya terhadap Dhamma dan tujuan saya untuk mempelopori film fiksi Buddhis serta menyebarkan Dhamma yang universal, saya mengajukan tema ini,” demikian jelas sang sutradara, Winaldo kepada Bhagavant.com melalui surat elektronik.

“Kemudian, ide cerita yang akhirnya dipilih, yaitu tentang seorang bhikkhu yang terikat dengan ponsel dan keluarga yang seharusnya sudah ia lepas, muncul dari sang penulis skenario, Akbar Maraputra,” lanjutnya mengenai latar belakang dan ide pembuatan film ini.

Angin, Nominator Film Pendek FFI 2010
Angin, Nominator Film Pendek FFI 2010

Film bergenre drama fiksi yang berdurasi 24 menit 45 detik tersebut diperankan oleh Aditya Jaya, Ine Febriyanti, Pepeng, Ozzy, Ayas, dan Kanatski.

Sebesar 70% lokasi pengambilan gambar (syuting) film dilakukan di Vihara Saung Paramita, Ciapus, Bogor, Jawa Barat, dan di sebuah rumah tepat di depan vihara yang hendak dijadikan puskesmas oleh vihara. Selain itu pengambilan gambar juga dilakukan di sebuah perumahan di Ciomas, masih di sekitar Bogor, Jawa Barat.

Pengambilan gambar berlangsung selama 3 hari. Pada 2 hari pertama dilakukan pada tanggal 22 dan 23 Mei 2010, kemudian hari ke tiga pada tanggal 6 Juni 2010.

“Kami lompat 1 akhir pekan karena adanya perayaan Vesak. Film ini selesai dikerjakan dan diputar pertama kali kepada umum (released) pada tanggal 3 Agustus 2010, yaitu saat kami sidang ujian akhir,” jelas Winaldo yang juga merupakan siswa didik Marselli Sumarno, seorang dosen dan mantan Dekan FFTV-IKJ serta sekaligus sutradara dari film Sri (1997) dan Sang Buddha Bersemayam di Borobudur (1999).

Menjawab pertanyaan mengenai biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan film ini, Winaldo menjelaskan bahwa biaya yang dikeluarkan berkisar sekitar 45 juta rupiah yang berasal murni dari keempat anggota tim penggarap film Angin. Jumlah biaya ini belum termasuk biaya lain, seperti penggandaan poster, dvd dan cover dvd, pengiriman ke festival-festival luar negeri, dan lain sebagainya.

Sejak pemutaran perdananya pada bulan Agustus, sejauh ini film yang tidak diputar di bioskop-bioskop ini, baru melakukan 4 pemutaran, yaitu dalam acara: Courts–Circuits : Spécial à courts d’écran 2010 (CCF) pada bulan Agustus, Kineforum Program September 2010, Ubud Writers and Readers Festival 2010 di Bali pada bulan Oktober, dan Europe on Screen 2010 (Festival Film Eropa) di Jakarta pada bulan November.

Untuk masyarakat yang ingin menonton, dapat menonton di festival-festival atau di acara-acara pemutaran yang akan selalu diupdate di halaman Facebook film Angin tersebut.

Film Angin yang judul versi Inggrisnya adalah An Essence of Wind, mengisahkan tentang seorang bhikkhu bernama Dhammariya yang tinggal dan mengabdikan dirinya di sebuah vihara yang jauh dari kota. Suatu hari, ia menemukan sebuah telepon seluler (ponsel) milik seorang umat yang tertinggal di kamar tamu vihara saat tamu tersebut berlatih meditasi. Dhammariya menjadi tergoda dan menggunakannya untuk menelepon keluarganya yang seharusnya telah ia tinggalkan sebagai konsekuensi sebagai seorang bhikkhu. Hal ini membuatnya rindu terhadap keluarganya dan menjadi tidak tenang dalam meditasi karena ia menjadi melekat dengan ponsel tersebut.

“Pesan yang ingin kami sampaikan secara umum adalah bahwa seorang pemuka agama belum tentu seseorang yang telah tercerahkan. Kita tidak boleh mendewakan sosok, tapi kualitas, seperti apa yang pernah Buddha katakan sendiri,” demikian jelas Winaldo mengenai pesan yang ada di balik film pendek tersebut.

“Untuk mencapai pencerahan, setiap makhluk butuh proses, dan proses itu pastinya mengalami banyak hambatan yang tak mudah.”

Winaldo juga menyampaikan pesan Dhamma yang terkandung dalam film khusus untuk umat Buddhis, “Film ini menampilkan salah satu hambatan yang dihadapi oleh seorang bhikkhu dalam usahanya mencapai Nibbana. Secara khusus, pesan untuk umat Buddhis adalah mengenai Tilakkhana, yaitu segala sesuatu itu seperti angin: tidak kekal, mengandung penderitaan, dan tak berinti.”

Malam puncak penganugerahan Festival Film Indonesia 2010 sendiri rencananya akan dilaksanakan pada Senin, 6 Desember 2010 di Central Park, Jakarta Barat.[Sum]

Trailer Film Angin

Sumber: youtube.com

Rekomendasikan:

Kategori: Asia Oseania,Asia Tenggara,Indonesia,Kesenian,Seni dan Budaya
Kata kunci: ,
Penulis:
REKOMENDASIKAN BERITA INI: