Perangkaan India Kuno Cengangkan Para Ahli
The Telegraph,
Hyderabad, India – Berabad-abad sebelum para matematikawan Eropa modern memformulasikan konsep ketakhinggaan (Inggris: infinity – ed), masyarakat India kuno telah berkecimpung dalam angka-angka yang sangat begitu besar dimana motivasi mereka yang tertinggalkan bahkan mencengangkan para matematikawan abad ke-21.
Serangkaian teks-teks India dari sekitar 1000 SM sampai abad ke-2 SM menguraikan jumlah angka-angka besar yang menakjubkan, beberapa tidak ada kaitannya dengan realitas, demikian kata para delegasi di Kongres Matematika Internasional 2010.
“Hal ini mengejutkan – sebuah pesona dengan jumlah angka-angka besar berasal dari jauh ke belakang di India,” kata Kim Plofker, seorang sejarahwan matematika di Perguruan Tinggi Union, Schenectady, New York, seorang pembicara pleno di kongres tersebut dan yang telah menganalisa teks-teks kuno Buddhis dan Jain.
Yajur Veda, yang oleh para ahli dipercaya disusun sekitar 1400 SM, memiliki sebuah deretan angka yang melibatkan berturut-turut dari 10 sampai satu trilyun, kata Plofker dalam sebuah makalah khusus yang diedarkan di kongres.
“Angka-angka besar semacam itu tidak memiliki aplikasi pratiks dalam konteks kebudayaan Veda,” tulis sejarahwan wanita tersebut.
Daya tarik angka-angka besar tersebut juga terlihat dalam wiracarita Mahabharata yang menggambarkan jangka waktu kosmik lebih dari empat miliar tahun, yang tersusun atas periode 360 tahun, kata Plofker, yang mengatakan kepada The Telegraph bahwa ia tertarik dengan matematika India kuno setelah memilih mengikuti kursus bahasa Sanskerta karena memiliki sebuah naskah yang asing baginya.
Makalahnya juga mengutip contoh-contoh angka-angka besar dari naskah-naskah suci Buddhis dan Jain.
Sementara matematikawan Inggris John Wallis memberikan simbol seperti pita untuk ketakhinggaan pada tahun 1650 dan matematikawan Jerman George Cantor memberikan sebuah dasar yang logis kepada konsep ketakhinggaan, kata Plofker, teks-teks Jain dari abad-abad awal milenium pertama telah menjelajahi konsep-konsep ketakhinggaan.
“Masyarakat kuno India kelihatannya menikmati menggunakan angka-angka yang besar,” kata said Shrikrishna Dani, seorang matematikawan di Tata Institute of Fundamental Research yang mengejar penelitian dalam bidang matematika murni namun tertarik dengan sejarahnya. “Ini tampaknya menjadi sesuatu yang unik bagi India – sejauh ini kita tidak memiliki bukti angka-angka besar seperti ini dari kebudayaan lain,” kata Dani.
“Ada beberapa usaha untuk menghubungkannya dengan alam, tetapi ini tampaknya merupakan bagian dari proses berpikir abstrak,” kata Dani.
Sebuah teks Buddhis dari awal pertama milenium mengacu pada apa yang Plofker uraikan dalam makalahnya sebagai “urutan angka-angka yang hanya dapat dipahami melalui perbandingan pikiran yang mencengangkan” seperti misalnya jumlah butiran pasir di seratus juta sungai.
Teks Jain lainnya yang berasal dari awal milenium pertama mengacu pada sebuah periode waktu pangkat dua dari 588.
Beberapa ilmuwan percaya bahwa observasi terhadap alam mungkin telah mendorong berpikir abstrak yang menghasilkan angka-angka besar.
“Ini mungkin berhubungan dengan observasi kotras yang tajam pada alam – luasnya gunung sampai kecilnya biji sawi,” kata Roddam Narasimha, seorang peneliti senior di Jawaharlal Nehru Centre for Advanced Scientific Research, Bangalore, yang telah menulis makalah-makalah mengenai subyek tersebut.
Narasimha mengatakan, perbedaan dalam ukuran dapat merangsang berpikir mengenai kemungkinan seberapa kecil dan seberapa besar segala sesuatu itu.[G.S. Mudur]
Kategori: Asia Oseania,India,Sains
Kata kunci: angka, Hyderabad, ketakhinggaan, matematika
Penulis: