Atthami Puja, Peringatan Setelah Vesak 2554
Bhagavant.com,
Jakarta, Indonesia – Hari Minggu lalu (5/6), umat Buddha melaksanakan Vesakha Atthami Puja 2554 yang diselenggarakan setelah 7 hari perayaan Vesak, memperingati hari ke-8 (Pali: atthama – red) setelah parinibbana Sang Buddha dan jasad Sang Buddha dikremasi (diperabukan).
Salah satu vihara di Jakarta yang menyelenggarakan Vesakha Puja adalah Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya (VJDJ), yang dihadiri oleh Y.M. Sri Pannavaro Mahathera.
Dalam Dhammadesana-nya, Y.M. Sri Pannavaro Mahathera atau sering disebut sebagai Bhante Panna (baca: panya – red), mengajak umat untuk berlatih melepas agar bebas dari penderitaan.
Jalan yang paling mudah yang diberikan Sang Buddha agar terbebas dari penderitaan adalah berdana sebagai latihan melepas. Dengan latihan ini keserakahan dan kebencian akan berkurang, demikian penjelasan Bhante Panna.
Bhante Panna juga mengajak umat untuk tidak berbuat buruk karena keburukan itu menambah keserakahan. Dan keserakahan mempengaruhi baik-buruknya sistem dan hukum negara, karena yang menjalankan dan menjaga sistem dan hukum negara adalah manusia. Jika yang menjaga dan menjalankan sistem dan hukum tidak menjaga keserakahan dan kebenciannya, maka sistem dan hukum negara tidaklah berguna.
Selain itu Bhante Pannya juga mengajak umat untuk bermeditasi karena meditasi akan mengajak kita melihat ke dalam.
Mengenai meditasi, Bhante Panna mengkritisi mengenai tujuan sebagian besar umat dan umat lain yang bermeditasi untuk tujuan mencari ketenangan. Beliau mengatakan bahwa tujuan ini tidaklah tepat. Alih-alih mencari ketenangan, tujuan meditasi adalah mencari Kesadaran untuk mengawasi perasaan sendiri.
“Anda tidak perlu berperang melawan kotoran batin, memusuhi, berkelahi dengan kotoran batin, mengundang segala macam konsep, keyakinan kita, (tetapi) lihat saja dengan sati, dengan Kesadaran. Maka rasa tidak senang, rasa masgul, rasa kecewa, kebencian, kemarahan, dendam kesumat akan drop..drop..drop (berhenti). Batin kita menjadi damai, ibu, bapak dan saudara, karena kebencian, keserakahan, kegelapan batin tenggelam, meskipun hanya sesaat”, jelas Bhante dalam mengatasi kekotoran batin.
“Naddhi santi parang sukhang, batin yang damai itulah kebahagiaan yang sesungguhnya, bukan di dalam kemakmuran,” lanjut Bhante Panna, “Kalau kesarahan, kebencian, dendam, kemarahan, kekecewaan itu berhenti, berhenti karena disadari maka itulah santi, damai di dalam diri kita, ada inner peace. Damai di dalam diri kita itulah kebahagiaan, saudara, bukan di dalam kemakmuran dan di dalam materi.”
Perayaan Vesakha Atthami Puja juga diselenggarakan oleh umat Buddha di Mahavihara Buddha Manggala, Balikpapan, Kalimantan Timur. Acara yang diikuti ratusan umat Buddha ini diisi dengan tarian selamat datang Suku Dayak oleh remaja Buddhis Balikpapan. Acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan paritta oleh para bhikkhu.
Sang Buddha parinibbana (kemangkatan mutlak) pada usia 80 tahun di Kusinara (sekarang Kushinagar, Uttar Pradesh, India – red). Tujuh hari kemudian jasad Beliau diperabukan.[Bhagavant, 29/6/10, Sum]
Kategori: Asia Oseania,Asia Tenggara,Indonesia,Seremonial
Kata kunci: berdana, kesadaran, Parinibbana, penderitaan, tujuan meditasi, Vesakha Atthami Puja, Y.M. Sri Pannavaro Mahathera
Penulis: