Buku Chanting Buddhis Kuno Ditemukan

Seni dan Budaya BuddhisThe Korea Times,
Seoul, Korea Selatan – Sebuah salinan berbahasa Hangeul dari sebuah buku kuno China yang berisi catatan mengenai sarjana Kerajaan Joseon (1392-1910), Kim Si-seup, telah ditemukan.

Aslinya, buku itu ditulis oleh seorang Guru Buddhis dari Dinasti Tang (618-907) dan berasal dari abad ke-16.

“Kami telah menemukan ‘shiphyeondam eonhaebon’ ketika kami sedang memeriksa perpustakaan Y.M. Seong Cheol (1912-1993) di Baekryunam, Vihara Haein, di bulan April tahun ini,” kata Y.M. Won Taek pada konferensi pers di Tradisi Jogye, sebelah utara Seoul, pada hari Selasa.

“Ini adalah buku yang langka, bahkan mungkin satu-satunya salinan yang tidak termasuk dalam daftar Kekayaan Alam dalam daftar perpustakaan nasional dan perpustakaan universitas,” katanya.

Salinan eonhae, atau eonhaebon, merupakan buku atau tulisan yang berisi terjemahan literal dari sebuah kalimat dalam bahasa China ke bahasa Hangeul, atau Korea. Buku tersebut berbeda dari buku terjemahan pada umumnya karena menampilkan kata demi kata terjemahan, dan jauh berbeda dari kalimat bahasa Hangeul yang digunakan sekarang.

“Shiphyeondam” mengacu pada 10 buah lagu dan puisi yang dibuat untuk memuji ajaran Buddha, ditulis oleh Guru Buddhis dari Dinasti Tang, Dongan Sangchal dari Tradisi Jodong dari Buddhisme Zen, sebuah aliran agama di China. Lagu-lagu tersebut terdiri dari tujuh karakter China dan berisi tradisi-tradisi dan praktik-praktik Tradisi Jodong.

Ketika shiphyeondam tiba ke Korea, ia di tulis dalam karakter-karakter China oleh Kim, bersama dengan catatan pribadinya pada tahun 1475. Hal ini secara umum dikenal sebagai “shiphyeongdam yohae”. Kim sangatlah tertarik dengan Tradisi Jodong pada masa itu.

Eonhaebon yang ditemukan sekarang merupakan versi terjemahan shiphyeongdam yohae yang dicetak di Vihara Jeongsu, Incheon, di tahun 1548, 73 tahun setelah versi Kim ditemukan.

Y.M. Won Taek menjelaskan bahwa penemuan tersebut sangat berarti karena buku tersebut berasal dari abad ke-16. Kebanyakan eonhaebon yang ditemukan sekarang ini berasal dari abad ke-15.

“Kami menemukan banyak eonhaebon dan buku-buku kuno saat memeriksa perpustakaan dan kami akan mencantumkannyaa sebagai Harta Negara setelah memeriksa keberhargaan mereka. Kami juga akan membuat cetakan foto eonhaebon-eonhaebon tersebut untuk para ahli Hangeul dan tulisan kuno untuk digunakan oleh mereka sebagai materi penelitian,” tambahnya.

Rekomendasikan:

Kategori: Arkeologi,Asia Timur,Korea Selatan,Seni dan Budaya
Kata kunci: , , ,
Penulis: