Tuntutan Tangkap Bagi Perusak Pohon Bodhi

Vihara Bodh GayaIANS,
Patna, India – Para bhikkhu menuntut penangkapan terhadap para pejabat tinggi Vihara Bodh Gaya atas dugaan memotong cabang pohon Bodhi yang dipuja untuk diperjualbelikan ke luar negeri, setelah pemerintah melaporkan dakwaan terhadap para pejabat tersebut untuk tindakan kejahatan.

Komisaris Divisi Magadha, K.P. Ramaiah pada hari Senin menyampaikan laporannya di pengadilan Gaya mengenai pembuktikan kesalahan tiga pejabat tinggi dari Vihara Bodh Gaya, yaitu Bhahadant Bodhipal ketua bhikkhu vihara, mantan sekretaris Komite Manajemen Vihara Bodh Gaya (BTMC) Kalicharan Yadav, dan pejabat Hubungan Masyarakat Bhajju Yadav.

Bhadant Anand Thera, presiden Akhil Bharatiya Bhikkhu Mahasangha (Asosiasi Sangha Bhikkhu Seluruh India), menuntut penangkapan terhadap para pejabat tersebut atas pemotongan dahan pohon Bodhi yang diyakini sebagai tempat dimana Petapa Gotama mencapai Penerangan Sempurna, 2500 tahun yang lalu.

Ia memperingatkan bahwa Buddhis akan tetap terus memprotes sampai ketiga pejabat tersebut ditangkap.

”Sekarang telah resmi bahwa dahan dari pohon Bodhi telah dipotong untuk mendapatkan uang dan ketiga pejabat-atas yang terbukti bersalah sepatutnya dimasukkan ke dalam penjara,” kata Bhante Anand kepada IANS pada hari Selasa.

Beliau mengatakan bahwa Ramaiah melaporkan pembenaran terhadap klaiman umat Buddha mengenai pemotongan dahan pohon Bodhi di Vihara Mahabodhi di Bodh Gaya yang merupakan simbol agama yang sakral, 110 km dari Patna.

Ramaiah telah ditunjuk oleh Kepala Hakim Pengadilan, Gaya, Yamuna Prasad, untuk memeriksa situasi di tempat kejadian dimana dahan pohon Bodhi di potong.

Saat menyatakan tuntutannya terhadap ketiga pejabat tinggi tersebut, Ramaiah menemukan kebenarannya, dan juga merekomendasikan pemeriksaan terhadap kesehatan pribadi mereka.

Pada bulan Oktober, Institusi Penelitian Hutan Dehradun (FRI) melaporkan secara rinci kepada pemerintah Bihar, bahwa dahan pohon Bodhi telah di potong pada tiga tahun yang lalu.

Pada bulan Juni, pemerintah negara telah memerintahkan sebuah pemeriksaan oleh tim ilmuwan FRI setelah seorang bhikkhu, Arup Brahmachari, mengajukan sebuah komplain tentang tindak kejahatan yang dilakukan oleh pejabat Komite Manajemen Vihara Bodh Gaya.

Hal ini telah diberitakan secara luas pada bulan Juli tahun lalu bahwa beberapa goresan telah memotong dahan pohon Bodhi tetapi pemerintah Nitish Kumar (pemerintah daerah Bihar) dengan cepat menyangkal isu tersebut.

Namun, setelah terjadi kegemparan besar terhadap peristiwa tersebut, pemerintah Bihar mengumpulkan beberapa sampel dari bagian pohon yang rusak dan mengirimnya ke laboratorium di Pune untuk mengetahui kebenarannya. Laporan laboratorium sudah diumumkan pada publik.

Anand mengatakan bahwa laporan Ramaiah juga mengungkapkan peran pemerintah daerah yang mengatakan bahwa tidak ada dahan yang dipotong.

Bhikkhu Brahamchari telah mengajukan bukti, termasuk delapan buah foto, untuk mendukung pengaduannya, yang juga didukung oleh surat pernyataan dari Deepak Malakar, seorang tukang kebun yang ditugaskan untuk menjaga pohon Bodhi.

Dalam surat pernyataannya, Malakar menyatakan bahwa ia memotong dahan pohon tersebut pada tanggal 10 Juli 2006, atas perintah Bhahadant Bodhipal, ketua bhikkhu vihara, dan membawanya ke kediamannya.

Brahmachari telah menuduh para pejabat tinggi vihara, termasuk mantan ketua, sekretaris Kalicharan Yadav; ketua bhikkhu, Bahadant Bodhipal; dan hakim daerah Gaya, Jitendra Srivastava atas percobaan memanipulasi surat pernyataan Malakar.

Namun, Ramaiah telah memberikan sebuah catatan jelas kepada hakim daerah Gaya, yang merupakan mantan ketua BTMC, yang mengatakan bahwa yang bersangkutan hanya menduduki jabatan yang tidak memerintah secara langsung.

Setelah empat tahun terserang penyakit, pohon Bodhi telah memperlihatkan daun-daun barunya pada tahun lalu.

Seorang pejabat dari Vihara Mahabodhi dimana Unesco telah menetapkan Vihara Mahabodhi sebagai Warisan Dunia, mengatakan bahwa pohon Bodhi tersebut merupakan generasi keenam dari pohon banyan yang asli.

Rekomendasikan:

Kategori: Asia Oseania,Ekosistem,India,Lingkungan Hidup
Kata kunci: ,
Penulis: