Apa Kabar Birma?

Buddhisme di BirmaBhagavant.com,
Yangon, Birma – Sudah sebulan berlalu sejak tragedi kemanusiaan di Birma/Myanmar terjadi. Tragedi yang diawali dengan aksi damai para bhikkhu Birma memprotes prilaku pemerintah junta militer (18/9) dan kemudian disikapi secara brutal oleh pihak junta militer dengan melakukan kekerasan ini, telah memakan korban jiwa yang tidak sedikit.

Dan sejak dibatasinya akses informasi dari dalam ke luar Birma sampai sekarang oleh juta militer, khususnya akses internet, informasi mengenai situasi di dalam negeri Birma pun menjadi terbatas. Namun, beberapa media massa berusaha mendapatkan informasi mengenai situasi yang terjadi di dalam Birma. Beberapa informasi mengenai keadaan di Birma didapat oleh media massa di antaranya melalui rakyat Birma yang mengasingkan diri ke luar Birma ataupun dari dalam Birma sendiri yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Berdasarkan pengamatan dan analisa Bhagavant.com dari berbagai media massa, meskipun situasi di Birma kembali ”normal”, namun junta militer tetap mengerahkan polisi bersenjata untuk mengontrol keadaan di sana terutama di situs-situs keagamaan seperti di Pagoda Shwedagon, Yangon.

Dikabarkan sampai saat ini, menurut media pemerintah Birma, ada 10 orang yang tewas dalam tragedi tersebut, tetapi menurut pihak luar diperkirakan lebih banyak dari yang disampaikan oleh pihak junta. Hampir 3000 orang termasuk bhikkhu di seluruh negeri ditahan dalam tragedi itu, tetapi belakangan dilaporkan oleh media pemerintah bahwa pemerintah junta militer melepaskan kembali beberapa ratus orang.

Meskipun dunia internasional telah mengecam keras junta militer, beberapa negara menerapkan sanksi terhadap pemerintah junta atas tragedi kemanusiaan tersebut, serta kunjungan utusan khusus PBB, Ibrahim Gambari ke Birma untuk berdialog, namun nampaknya belum memberikan tanda-tanda perubahan yang berarti. Suara-suara memohon pertolongan kepada dunia internasional masih terdengar sayup-sayup di negeri pagoda emas tersebut.

Laporan terakhir memberitakan bahwa nampaknya rakyat Birma kini mengalami krisis perawatan medis. Seperti yang dikutip dari Time.com, beberapa rakyat Birma berusaha menyeberangi perbatasan menuju Thailand guna mendapatkan perawatan medis. Hal ini terjadi karena tingginya biaya perawatan medis di Birma.

”Bahkan ketika anda menggunakan toilet di rumah sakit, anda harus membayar,” demikian kata seorang lelaki tua berusia 70 tahun dari kotapraja Phyu, yang melakukan perjalanan selama dua hari dengan bus untuk mengunjungi seorang dokter di kota Mae Sot di perbatasan Thailand.

Nampaknya permasalahan yang terjadi di Birma sangatlah kompleks, tidak sesederhana yang kita bayangkan. Dan ini sudah terjadi bertahun-tahun lamanya. Terlalu cepat jika kita menganggap bahwa peristiwa yang terjadi di Birma sudah selesai. Dan nampaknya kita perlu bersabar dan melihat bahwa kasih sayang akan mengatasi segala keburukan. Kita perlu meyakini hal ini dan tidak meninggalkan hukum abadi ini.

Kita berharap dunia internasional tidak dengan mudah melupakan tragedi kemanusiaan ini dan terus berusaha untuk mendukung rakyat Birma mendapatkan kehidupan yang lebih baik, seperti bagaimana kita tidak melupakan perjuangan rakyat Tibet untuk mendapatkan kebebasan dari tekanan politik dalam beragama.

Dan kita juga berharap dengan adanya tragedi ini, solidaritas Buddhis tetap terpelihara, bukan hanya untuk dunia Buddhis semata tetapi juga untuk permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh dunia ini. Dengan demikian dunia ini akan menjadi tempat yang nyaman untuk hidup.

Berita berbahasa Inggris mengenai perkembangan situasi yang terjadi di Birma dapat di akses di sini

Rekomendasikan:

Kategori: Asia Oseania,Asia Tenggara,Birma
Kata kunci: , ,
Penulis: